Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air dan Api, Idu Geni

10 Maret 2019   05:44 Diperbarui: 10 Maret 2019   05:46 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pangeran Bunga tidak menyahut. Dia hanya tersenyum senyum culas.  Matanya diedarkan ke sekeliling.  Melihat lihat barangkali ada sesuatu yang harus diwaspadainya.  Setelah yakin tidak ada hal istimewa yang bisa menghambat tujuannya, pangeran ini lalu memberi isyarat kepada rombongannya.  Dia juga bersuit nyaring memanggil bala bantuan yang sedari tadi bersembunyi di balik rimbun pepohonan. 

Lima orang tinggi besar dan berkulit hitam mengkilap kini berdiri dengan tegap di samping Pangeran Bunga.  Lima Kobra Benggala!  Dari rombongan juga melompat keluar empat orang yang ternyata adalah Empat Pengemis Kaya Raya.

Dewi Mulia Ratri baru paham kenapa pangeran ini begitu percaya diri.  Rupanya dia membawa orang orang lihai bersamanya.  Tapi dia tidak takut!  

Sama sekali tidak takut!  Hanya satu hal yang membuatnya terheran heran.  Lima Kobra Benggala adalah pendekar pendekar asing yang selama ini menghamba kepada Panglima Kelelawar dan Kerajaan Lawa Agung.  Kenapa tiba tiba muncul dan menjadi sekutu Pangeran Bunga?  

Lawa Agung adalah musuh besar Galuh Pakuan.  Sebuah pikiran buruk melintas seperti kilat di benak Dewi Mulia Ratri.  Pangeran ini berkhianat!  Dia sengaja mengundang banyak tokoh tokoh dari luar Galuh Pakuan untuk memperkuat dirinya agar bisa mengambil alih kekuasaan di Galuh Pakuan!

Mata Dewi Mulia Ratri semakin berkobar menyala.  Pangeran ini benar benar licik!  Pengkhianat! Pantas saja dia mencoba menguasai ibukota, memperkuat penjagaan gerbang kota serta tidak memperbolehkan orang masuk jika tidak dikehendakinya.  Gadis yang sudah dikuasai kemarahan ini tak mau lama lama dipusingkan oleh pikiran pikiran yang menakutkan itu.  Tanpa ba bi bu lagi gadis ini menerjang ke depan.  Gadis ini tahu pemuda itu cukup lihai tapi tidak akan bisa menandinginya.  Dia akan menghukum pangeran culas ini dengan hajaran hajaran menyakitkan.

Namun betapa kagetnya Dewi Mulia Ratri ketika pemuda itu menangkis serangannya lalu balas menyerang.  Pemuda itu jauh lebih hebat dibanding dengan yang dikenalnya dahulu.  Pukulan Pangeran Bunga seperti pukulan yang pernah dikenalnya.  Mengeluarkan angin yang menderu deru sehingga rambut Dewi Mulia Ratri yang panjang tergerai berkibar kibar ke belakang. 

Ini Pukulan Bayu Lesus!  Darimana pangeran ini memperoleh ilmu yang dahsyat ini?  Setahunya orang yang mempunyai pukulan langka ini hanya Si Bungkuk Misteri dan Madaharsa.  

Aaahh Madaharsa!  Tentu saja, siapa lagi yang bisa mengambil pemuda jahat ini sebagai murid kalau bukan orang jahat juga.  Tapi Madaharsa orang penting di Sayap Sima.  Pasukan andalan kerajaan Majapahit.  

Kurang ajar!  Pangeran Galuh Pakuan ini juga menjalin hubungan khusus dengan Majapahit!  Benar benar pengkhianat kelas berat!  Dewi Mulia Ratri lalu teringat waktu dia mengintip pertemuan antara Pangeran Bunga dan Madaharsa dahulu.  Ternyata itu bukan sekedar persekongkolan.  Pangeran ini juga diangkat murid oleh tokoh Sayap Sima itu. 

Dengan geram, Dewi Mulia Ratri meningkatkan serangannya kepada Pangeran Bunga.  Meskipun pangeran ini sudah sangat meningkat kemampuannya dibanding dahulu waktu keluar dari padepokan Sanggabuana, namun yang dihadapinya adalah seorang gadis yang susah dicari tandingannya sekarang.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun