Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air & Api, Idu Geni

30 Januari 2019   09:30 Diperbarui: 30 Januari 2019   09:41 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Raja Iblis yang merasa dipermainkan ini berdiri dan menghantamkan pukulan mematikan ke Arya Dahana.  Angin menghentak hentak mengikuti pukulan yang sangat ganas ini.  Arya Dahana berdiri dan mendorongkan tangannya ke depan beradu tangan dengan si Raja Iblis menggunakan pukulan Busur Bintang.

Akibatnya, Raja Iblis terpental ke belakang dengan keras sampai menabrak kursi dan meja di belakangnya.  Arya Dahana duduk kembali dengan tenangnya.  Raja Iblis tadi mengeluarkan pukulan maut yang tujuannya membunuh.  Karena itu dia memberi pelajaran tokoh sesat itu dengan mengeluarkan pukulan Busur Bintang yang sakti dan akhirnya membuat si Raja Iblis kehilangan muka.

Panglima Kelelawar mengangkat tangannya mencegah Raja Iblis yang kembali hendak menyerang.  Panglima yang gagah ini tadi sebelum perjamuan makan menyuruh tukang masak untuk membubuhkan racun khusus yang dicampur dengan teluh dan guna guna untuk membuat kedua orang itu takluk dan menyerah.  

Namun rupanya si pemuda sableng itu tidak mempan sihir dan racun sehingga terhindarlah mereka berdua dari tipu muslihat yang dirancang halus. Racun itu sangatlah tidak kentara.  Seorang ahli racun sekalipun belum tentu bisa membaui dan merasakan bahwa makanan itu dibubuhi racun yang dibuat oleh Nini Cucara.  

Tapi pemuda itu bisa menangkalnya dengan mudah.  Tidak ada cara lain selain kekerasan rupanya.  Sebelum panglima ini memerintahkan untuk menyerang, Arya Dahana telah berdiri terlebih dahulu dan berkata nyaring.

"Kalian tidak mempunyai niat yang baik kisanak Lawa Agung!...begini saja.  Bagaimana kalau kita selesaikan ini semua secara jantan.  Panglima Kelelawar, aku menantangmu untuk adu tanding ilmu kesaktian selama lima puluh jurus.  Taruhannya adalah, siapapun yang kalah harus mengikuti apa yang diminta oleh pemenangnya....bagaimana?  berani?"

Arya Dahana sengaja menekankan kata berani untuk mengusik harga diri sang panglima.  Dia tidak punya cara yang lebih baik lagi untuk lolos dari tempat ini dan menyelamatkan Putri Anjani, Nyai Genduk Roban dan Ayu Wulan selain cara ini.

Benar saja, Panglima Kelelawar terperangah kaget mendengar tantangan terang terangan ini.  Apalagi pemuda lusuh itu menyebut kata berani dengan begitu keras di hadapan semua anak buahnya.  

Amarahnya tersulut dengan hebat.  Dia tahu pemuda itu punya kemampuan tinggi.  Dia penasaran seberapa tinggi dia bisa mengimbangi dirinya yang sudah malang melintang begitu lama di dunia persilatan.  Panglima tinggi besar ini maju melompat keluar ruangan perjamuan menuju pekarangan istana yang sangat luas dan indah.  Arya Dahana mengikuti keluar disertai semua orang yang ada di ruangan itu.

"Pemuda konyol!  Aku layani tantanganmu.  Sekarang sebutkan apa yang kau minta jika aku kalah dalam pertarungan ini?!"

Panglima Kelelawar berdiri dengan gagah di tengah lapangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun