Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Negeri Tulang Belulang (Pulau Persembunyian)

6 November 2018   14:28 Diperbarui: 6 November 2018   17:51 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kapal itu bergetar sedikit dan mengeluarkan suara dengungan kencang. Larikan cahaya berpendar langsung menyelubungi kapal. Sebuah medan listrik yang kekuatannya lebih dari kekuatan sebuah pembangkit kecil. Ben tersenyum. Kapal ini memang luar biasa. Ini mekanisme pertahanan yang tidak biasa.

Ran memutuskan mereka memulihkan tenaga terlebih dahulu sebelum turun ke daratan. Mereka berada dalam gua raksasa. Untuk mencapai daratan mereka harus mencari jalan. Atau mungkin harus memutar lewat laut menggunakan sekoci. Entahlah. Pikiran Ran sedang dipenuhi dengan sakitnya Cindy.

"Ran..." itu suara Cindy. Memanggilnya pelan.
Ran menoleh. Matanya bertemu dengan mata Cindy. Hah! Mata Cindy sudah tidak berwarna hitam lagi. Tapi merah! Semerah darah!
Belum habis kekagetan Ran. Terdengar teriakan mengejutkan Ben.
"Mereka datang! Pasukan Kematian datang!" Ben menunjuk layar monitor dengan tegang.
Nampak Pasukan Kematian bergerombol datang. Berenang dengan kecepatan tinggi menuju kapal.
----

Pekanbaru, 6 Nopember 2018

Selanjutnya; Negeri Tulang Belulang (Bio Research)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun