Suara ayah Wanda seperti sambaran petir di telinga Sandy. Gawat! Sandy melirik Wanda yang tatapannya terlihat begitu kosong. Sandy mendadak sangat trenyuh. Duuhh.
Sandy tergagap-gagap saat mata semua orang menatap ke arahnya. Menunggu.
"Sa...saya...ter..terima..."
"Saya terima nikahnya Wanda binti Ahmad Darma dengan mas kawin yang saya bawa berupa cinta dan airmata berikut setumpuk buku tulisan saya tentang cinta saya kepada dia sekian lama!"
Suara petir yang kedua kalinya menggelegar di telinga Sandy. Juga Wanda. Juga semua hadirin yang ada. Serentak semua kepala menoleh ke asal suara.
Wanda hampir berteriak histeris! Jaka berdiri di barisan belakang sambil membawa bungkusan. Memandang ke arahnya dengan tatapan yang tidak berubah. Tersenyum kecil lalu melangkah ke depan.
Sandy tercekat. ini sepertinya akan menjadi lakon di film India. Sandy tersenyum getir. Menguatkan hatinya yang telah dipersiapkan sejak kemarin. Jika ada kejadian tak disangka seperti sekarang.
"Nama saya Jaka Samudra. Saya mencintai Wanda, wanita yang akan menikah itu semenjak dahulu. Â Saya juga yakin dia juga mencintai saya sebesar saya mencintainya. Saya sengaja menunggu momen seperti ini karena bagi saya yang penakut ini, harus menebus ketakutan selama ini pada momentum puncak rasa ketakutan seperti sekarang."
Lelaki itu mengambil nafas sejenak sebelum melanjutkan.
"Saya tidak akan melanjutkan mengganggu pernikahan ini jika Wanda dan calon suaminya salah satunya tidak mau saya meneruskan kalimat-kalimat saya. Jika Wanda dan calon suaminya mengatakan saya harus pergi, saya akan pergi. Saat ini juga. Jika tidak, maka saya akan melanjutkan sisa kalimat saya."
Lagi menghela nafas. Jaka menatap Wanda dan Sandy bergantian. Menanti keputusan. Wanda menoleh ke arah Sandy. Sebuah tatapan permohonan. Sandy tersenyum. Mengangguk tegas.