Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Angsoka itu Akhirnya Berbunga

3 April 2018   16:27 Diperbarui: 5 April 2018   23:41 2514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertama yang dilakukannya adalah meletakkan ranting di depan Angsoka. Dibakarnya menggunakan api yang dinyalakan korek api. Setelah itu diguyurnya dengan air perlahan-lahan. Bibirnya lirih menyanyikan tembang atau sajak atau puisi.  Hanya samar-samar terdengar;

Ini adalah hari aku memutuskan memilih mimpi yang mana 
Sejak lama aku hanya meletakkannya dalam tidur 
Di bawah bantal tanpa pernah kutegur

 Aku memilih ranting ini terbakar lalu kebasahan 
Itu artinya aku sudah siap melepaskan diri dari kubangan 
Membakar hati untuk melangkah sekuat macan

Perempuan itu tersenyum. Sekarang dia tidak lagi mengaku bahagia. Dia bahagia. 

----

Perempuan itu masuk ke rumah untuk menjalankan rutinitas lainnya. Memasak, mencuci dan menyapu. Hal rutin yang tidak menjemukan karena itu dilakukan untuk anak-anaknya tercinta.  Ada cinta di setiap rempah yang dijatuhkan dalam wajan.  Ada kasih saat membilas dan menjemur cucian. Ada jelaga serupa debu yang dihilangkan dari lantai ubinnya yang kemudian terlihat begitu terang.

Seusai beristirahat sejenak. Perempuan itu melangkahkan kaki ke halaman. Saatnya berbincang dengan Angsoka. 

Kali ini perempuan itu tidak membawa apa-apa. Tidak korek api, tidak ranting dan tidak juga air. Dia sendiri tidak tahu mengapa. Mungkin karena hari ini dia merasa begitu berbahagia. Jadi cukuplah berbincang saja.

Lagipula perempuan itu berniat mengakhiri perbincangan dengan Angsoka selamanya. Ini perbincangan terakhir yang akan dilakukan. Tanpa perlambang atau simbol apapun. Dia akan berkata-kata.  Dia sudah menyiapkan kata-katanya.   

-----

Sore sudah berjinjit memanjat pagar. Datang perlahan-lahan. Menyiramkan cahaya jingga sepenuhnya ke halaman.  Perempuan itu terhenti di depan pintu.  Dari kejauhan nampak mekar setangkai bunga berwarna putih cerah.  Angsokanya berbunga!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun