Dia terjaga. Â Mimpi tadi sangat menguras energinya. Â Dia memang berhasil melarikan diri dari kejaran raksasa yang marah karena dia masuk rumahnya tanpa ijin. Â Tapi dia sangat kelelahan.Â
Ini baru dinihari. Â Apa yang terbersit dalam pikirannya adalah segera merubah mimpinya tadi menjadi sesuatu yang bahagia. Â Dia memusatkan pikirannya. Â Keluar rumah dan mendapatkan dirinya berada di halaman yang indah penuh bunga. Â Sorot lampu taman memantulkan kolam kecil yang dihuni ikan-ikan hias berwarna warni.
Persis sama seperti mimpinya. Â Dia mulai kehausan. Â Masuk dalam rumah. Â Membuka kulkas dan menenggak habis sebotol bir dingin. Â Aahh, dia bahagia.
Dia lalu duduk di teras muka rumahnya. Â Memandangi langit yang sedang diam. Â Dia ikut terdiam. Â Mengantuk dan tanpa terasa jatuh tertidur.
Dia mimpi lagi. Â Kali ini mimpinya jauh berbeda dari yang sudah-sudah. Â Dia merasa melompat-lompat dari fragmen mimpi yang satu ke mimpi yang lainnya. Â Mimpi yang sudah pernah dialaminya. Â Melihat cemara menari-nari. Â Menatap mata bidadari yang sedang bersedih. Â Bertemu ibunya sedang membawa seikat kembang. Â Dikejar-kejar raksasa. Â Kembali lagi ke cemara, bidadari, ibunya, raksasa. Â Begitu terus berulang-ulang.
Dia tidak sanggup lagi menghadapi mimpi seaneh ini. Â Dia memaksa matanya membuka. Â Melihat seseorang berdiri di hadapannya. Â Orang itu menggunakan jubah lebar dengan tudung di kepalanya. Â Wajahnya sangat samar. Â Namun ada cahaya berpendar di sana. Â Tangannya memegang sebuah tongkat panjang.Â
Kau selalu merubah mimpi burukmu menjadi bahagia di alam nyata. Â Aku mendatangimu karena ingin mengingatkanmu pada pesan ibumu. Â Kau tidak bisa selalu berpura-pura. Â Menghindar dari kenyataan pahit dengan berpura-pura bahagia.
Terimalah kenyataan nak. Â Bermimpilah seadanya. Â Terimalah kalau itu tidak sesuai harapan. Â Kau hanya perlu berjuang. Â Bahagia tidak didapatkan dengan cuma-cuma. Â Kau harus berjuang untuk mendapatkannya.
Orang misterius itu menghilang dari hadapannya setelah berkata-kata.Â
Dia mengangkat tubuhnya berdiri. Â Selama ini dia memang pandai mengingkari. Â Dia seorang bajingan yang tak tahu diri.Â
Dia menuju ke kran air di pinggir kolamnya. Â Mengambil air wudhu. Â Sesuatu yang lama tidak dilakukannya. Â Saatnya untuk tidak lagi berpura-pura. Â Dia akan berusaha sekuat tenaga. Â Menjadi orang baik yang sesungguhnya. Â Tidak lagi dengan cara merubah mimpi seenaknya.