Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bajingan Perubah Mimpi

20 Maret 2018   19:52 Diperbarui: 20 Maret 2018   20:01 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia terjaga.  Mimpi tadi sangat menguras energinya.  Dia memang berhasil melarikan diri dari kejaran raksasa yang marah karena dia masuk rumahnya tanpa ijin.  Tapi dia sangat kelelahan. 

Ini baru dinihari.  Apa yang terbersit dalam pikirannya adalah segera merubah mimpinya tadi menjadi sesuatu yang bahagia.  Dia memusatkan pikirannya.  Keluar rumah dan mendapatkan dirinya berada di halaman yang indah penuh bunga.  Sorot lampu taman memantulkan kolam kecil yang dihuni ikan-ikan hias berwarna warni.

Persis sama seperti mimpinya.  Dia mulai kehausan.  Masuk dalam rumah.  Membuka kulkas dan menenggak habis sebotol bir dingin.  Aahh, dia bahagia.

Dia lalu duduk di teras muka rumahnya.  Memandangi langit yang sedang diam.  Dia ikut terdiam.  Mengantuk dan tanpa terasa jatuh tertidur.

Dia mimpi lagi.  Kali ini mimpinya jauh berbeda dari yang sudah-sudah.  Dia merasa melompat-lompat dari fragmen mimpi yang satu ke mimpi yang lainnya.  Mimpi yang sudah pernah dialaminya.  Melihat cemara menari-nari.  Menatap mata bidadari yang sedang bersedih.  Bertemu ibunya sedang membawa seikat kembang.  Dikejar-kejar raksasa.  Kembali lagi ke cemara, bidadari, ibunya, raksasa.  Begitu terus berulang-ulang.

Dia tidak sanggup lagi menghadapi mimpi seaneh ini.  Dia memaksa matanya membuka.  Melihat seseorang berdiri di hadapannya.  Orang itu menggunakan jubah lebar dengan tudung di kepalanya.  Wajahnya sangat samar.  Namun ada cahaya berpendar di sana.  Tangannya memegang sebuah tongkat panjang. 

Kau selalu merubah mimpi burukmu menjadi bahagia di alam nyata.  Aku mendatangimu karena ingin mengingatkanmu pada pesan ibumu.  Kau tidak bisa selalu berpura-pura.  Menghindar dari kenyataan pahit dengan berpura-pura bahagia.

Terimalah kenyataan nak.  Bermimpilah seadanya.  Terimalah kalau itu tidak sesuai harapan.  Kau hanya perlu berjuang.  Bahagia tidak didapatkan dengan cuma-cuma.  Kau harus berjuang untuk mendapatkannya.

Orang misterius itu menghilang dari hadapannya setelah berkata-kata. 

Dia mengangkat tubuhnya berdiri.  Selama ini dia memang pandai mengingkari.  Dia seorang bajingan yang tak tahu diri. 

Dia menuju ke kran air di pinggir kolamnya.  Mengambil air wudhu.  Sesuatu yang lama tidak dilakukannya.  Saatnya untuk tidak lagi berpura-pura.  Dia akan berusaha sekuat tenaga.  Menjadi orang baik yang sesungguhnya.  Tidak lagi dengan cara merubah mimpi seenaknya.

Jakarta, 20 Maret 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun