Ronan sama sekali tidak menyadari kabut itu telah menghilang seluruhnya. Â Karena kali ini dia disuguhkan hal lain yang membuat jantungnya berdegup lebih kencang. Â Bukan karena ketakutan. Â Namun karena takjub yang sampai kepada puncaknya.Â
Hamparan kabut tadi digantikan tajuk-tajuk pohon yang membentang luar biasa. Â Persis permadani persia yang dijahit menggunakan sutera. Â Warnanya hijau belaka. Â Ronan sedari dulu yakin bahwa warna hijau ditakdirkan dibuat untuk menyejukkan mata. Â Sekarang dia membuktikan keyakinannya.
Keramaian suara binatang sekarang lebih gaduh lagi. Â Lalu lintas burung beterbangan di angkasa memadat. Â Ronan bisa melihat berbagai macam jenis burung pemburu belalang hingga elang. Â Air terjun samar tadi terlihat jelas kini. Â Ternyata cukup tinggi sehingga nampak seperti air yang menari-nari. Â Barangkali menarikan Serimpi. Â Sesuai dengan nama bukit ini. Â Ronan tanpa sadar tersenyum selebar-lebarnya.Â
Hal yang jarang dilakukannya ketika di kota.
Ronan benar-benar enggan beranjak sedikitpun dari tempatnya berada. Â Semuanya begitu sempurna. Â Bahkan angin yang menerpa wajahnya seperti berkata-kata;
Kau diberi waktu untuk menikmati kelezatan ini. Â Agar kau tak lagi malas untuk bermimpi karena kau begitu sibuk mencederainya saat di kota. Â Yaitu keindahan dan kebaikan yang apa adanya.
Ronan mengangguk-anggukkan kepala. Â Dia tahu sekarang kenapa bukit Serimpi ini disebut memerangkap mimpi.Â
-----
Bogor, 16 Maret 2018
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI