Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Terperangkap Mimpi di Bukit Serimpi

16 Maret 2018   14:01 Diperbarui: 16 Maret 2018   14:07 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

-----

Speedometer motor diusahakan Ronan tetap di angka 30 km/jam.  Jalanan di bukit Serimpi dipenuhi oleh tanjakan dan turunan yang berliku-liku.  Kehatian-hatian adalah kunci penting untuk selamat. 

Sesampainya di puncak bukit.  Kabut tebal menghadang Ronan.  Bukit ini memang lumayan tinggi.  Sekaligus juga dikepung pegunungan yang memanjang dari utara ke selatan.  Tak heran bila kabut adalah sajian utama setiap harinya.

Ronan mau tak mau harus berhenti.  Jalanan tidak nampak jelas.  Bisa celaka kalau dia memaksa melanjutkan perjalanan.

Ronan memilih berhenti di bawah pohon besar yang tumbuh tegap di pinggir jalan.  Mengeluarkan sebatang rokok sambil bersiul-siul mengusir sepi.  Ini memang terlalu sepi.  Ronan serasa memasuki sebuah areal pekuburan.

Sambil merokok Ronan mengedarkan pandangan ke sekeliling.  Indah! Kabut itu terhampar begitu luas seolah tanpa batas.  Seandainya ada hujan, kabut itu akan menengggelamkannya seketika.  Seandainya ada api yang menjulang, maka hamparan itu akan seperti surga dengan api unggun di antaranya.  Ronan berdecak tak habis-habis.

Mata Ronan terantuk pada air terjun yang jatuh di antara lengkungan jurang.  Nampak samar-samar dari sini.  Tapi keajaibannya bisa terasa sampai ke jiwa.  Apalagi suara gemuruh air terjun itu mampu mengairi hatinya yang terbiasa gersang oleh pongahnya kota.  Ronan benar-benar terpesona. 

Ronan memutuskan untuk duduk di sebuah batang rebah.  Dia tidak akan berhenti menikmati apa yang tersaji.  Dia mempertaruhkan keberaniannya untuk berjalan kesini.  Sia-sia jika dia melewatkan semua hidangan dari surga ini.

Terdengar gemerisik lirih di balik semak tidak jauh dari Ronan duduk.  Awalnya Ronan terperanjat.  Bersiap-siap mendapatkan kejutan hebat.  Matanya memperhatikan semak itu lekat-lekat.

Dua ekor kelinci hutan meluncur keluar berkejaran.  Jantan dan betina.  Ronan menebak dengan tepat karena kemudian mereka berhenti lalu bercinta.  Aih!  Hidangan ini makin lezat.  Ronan diberikan anugerah untuk melihat langsung bagaimana aturan alam bekerja.

-----

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun