Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Terperangkap Mimpi di Bukit Serimpi

16 Maret 2018   14:01 Diperbarui: 16 Maret 2018   14:07 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ronan sama sekali tidak menyadari kabut itu telah menghilang seluruhnya.  Karena kali ini dia disuguhkan hal lain yang membuat jantungnya berdegup lebih kencang.  Bukan karena ketakutan.  Namun karena takjub yang sampai kepada puncaknya. 

Hamparan kabut tadi digantikan tajuk-tajuk pohon yang membentang luar biasa.  Persis permadani persia yang dijahit menggunakan sutera.  Warnanya hijau belaka.  Ronan sedari dulu yakin bahwa warna hijau ditakdirkan dibuat untuk menyejukkan mata.  Sekarang dia membuktikan keyakinannya.

Keramaian suara binatang sekarang lebih gaduh lagi.  Lalu lintas burung beterbangan di angkasa memadat.  Ronan bisa melihat berbagai macam jenis burung pemburu belalang hingga elang.  Air terjun samar tadi terlihat jelas kini.  Ternyata cukup tinggi sehingga nampak seperti air yang menari-nari.  Barangkali menarikan Serimpi.  Sesuai dengan nama bukit ini.  Ronan tanpa sadar tersenyum selebar-lebarnya. 

Hal yang jarang dilakukannya ketika di kota.

Ronan benar-benar enggan beranjak sedikitpun dari tempatnya berada.  Semuanya begitu sempurna.  Bahkan angin yang menerpa wajahnya seperti berkata-kata;

Kau diberi waktu untuk menikmati kelezatan ini.  Agar kau tak lagi malas untuk bermimpi karena kau begitu sibuk mencederainya saat di kota.  Yaitu keindahan dan kebaikan yang apa adanya.

Ronan mengangguk-anggukkan kepala.  Dia tahu sekarang kenapa bukit Serimpi ini disebut memerangkap mimpi. 

-----

Bogor, 16 Maret 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun