"Aku pikir dulu ya....ini belum dapat kujawab, sebab resiko ini besar. Memunculkan kemistri antara kita berdua sampai nanti pasti akan dikembangkan isu dan sampai ke telinganya, hingga suatu ketika aku dilabraknya...secara lahir bathin aku harus siap ya gaes...dan ini tidak mudah."
Hari itu hingga kami pulang ke rumah masing-masing, kami belum mencapai keputusan tentang idenya. Ini ide benar-benar gila, beban derita temanku memang kurasakan begitu berat. Hancur lebur impian demi impian yang sudah disusunnya, karena istrinya salah melangkah dan harus mendekam dipenjara serta dipecat dari pekerjaannya. Congkak dan sombong yang melekat dalam diri istrinya menyeretnya ke penderitaan ini. Kasihaan...
Kami bertemu dua hari kemudian, karena kesibukkanku aku tidak sempat memikirkan apa yang menjadi keputusanku tentang recananya. Hingga waktunya tiba aku ditagih janjinya. Aku memang teman yang setia dan baik hati. Bahkan teman karibku Ria sering mengingatkan jangan terlalu baik dengan orang manapun. Belum tentu mereka benar-benar baik. Tetapi bagiku, berbuat baik dimana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja itulah yang terpenting. Karena sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi banyak orang.
"Bagaimana, Re? Please....bantu aku."
Keling memohon dengan sangat, karena aku dan Keling memang sahabat karib meski kami beda jenis kelamin, tapi kami saling mensupport agar keluarga kami selamat dari bencana perceraian atau pernikhaan yang berantakkan. Sering pula Keling meminjam uangku untuk memenuhi kebutuhan bulanan keluarganya. Benar-benar kegigihan usahanya untuk menyelamatkan keluarganya aku acungi jempol.
Pontang-panting ia lakukan apapun demi mencukupi dan membahagiakan kedua anaknya dan istrinya. Pinjam uang disana-sini agar mampu menjalankan roda kehidupan. Sungguh cinta yang luar biasa, beruntungnya anak dan istrimu mendapatkan cintamu ini. Aku senyum sendiri sambil membayangkan suatu hari nanti mereka akur kembali.
"Okelah kalau begitu, nantilah kita pikirkan resikonya. Ayo apa yang harus aku lakukan?"
Keling merasa lega karena aku mau menjalankan misi ini. Suatu misi yang berbahaya nan gila. Aku mulai memerankan orang yang menjalin hubungan lebih dari sekedar teman. Kelingpun selalu memerankan peran yang membuat gerak-gerik kami dinilai orang banyak, sudah terjalin hubungan spesial. Â Aku tersenyum saja.....misi ini apakah berhasil gaes?
Sudah hampir tiga bulan kami menjalankan misi ini. Mulai ada desas-desus teman sekerja tentang kami. Ahaa...berhasil dalam hatiku bergumam. Aku sudah tidak tahan bagaimana reaksi istrinya nanti kalau tahu tentang isu aku dan Keling di sini.
Desas-desus ini berhembus kencang hiingga sampailah ke telinga istrinya.
Suatu ketika ada kesempatan istrinya mau ke kantor kami. Nah momen yang tepat untuk bersandiwara. Tadinya teman-teman masih ramai di kantor. Aku sengaja belum menyelesaikan print out kerjaku, hingga tinggal kami berdua. "ayo bersiap, nanti istriku sebentar lagi mau ke sini. Dia diantar teman bisnisnya. Ini waktu yang tepat buat kita menujukkannya."