"Semenjak istriku pulang ke rumah memang kurasakan ada yang aneh. Nah suatu hari aku tidak sengaja membaca pesan masuk di WA nya." Keling terhenti sejenak mengatur nafasnya.
Aku merasakan ada yang tidak beres dengannya. Aku diam saja sambil menantikan lanjutan ceritanya.
"Istriku ada memanggil sayang di pesan itu..dan ada kata rindu. Aku merasa itu sudah tidak sesuai umumnya pesan seperti itu. Aku kenal laki-laki itu, mantan pacaranya dulu. Curhatnya sepertinya dia tidak bahagia bersamaku." Nafasnya mulai berat.
Aku terhenti seketika membuka halaman koreksianku. Lalu kubalikkan badanku, sambil mengamati raut mukanya. Kulihat ada bulir bening mengalir di sudut pipinya.
"Hei.....aku sedang tidak bermimpikan? Ini cerita fiktif belaka kan? Kamu sengaja menggangguku?" aku masih mencoba mencairkan suasana.
"Tidak, Re. Ini memang benar terjadi denganku. Aku sangat kecewa dan kesal dengan istriku. Padahal aku sangat mencintainya. Aku sangat cemburu, mau kubunuh saja lelaki itu kalau dipertemukan. Sudah seminggu ini aku pisah ranjang dengan istriku."
"Nah..nah..nah...janganlah...pasti ada jalan keluar. Ingat bersama kesulitan ada banyak kemudahan. Apa yang bisa kubantu? Aku mau membantumu kawan, katakanlah apa yang bisa aku lakukan untuk mengembalikan keutuhan rumah tanggamu yang retak ini. Kasihan kamu, Keling."
Sebagai sahabatnya aku merasa perlu memberikan bantuan dalam bentuk apapun yang bisa kulakukan. Selain mengalami kesulitan ekonomi, Kelingpun dihantam badai dalam kehidupan rumah tangganya terkait cinta.
"Maukah kamu membantuku? Aku ingin melihat istriku merasa cemburu bahkan menyayangiku kembali. Nah untuk itu kamu berperan sebagai orang yang akan mengambil posisinya." Keling menawarkan idenya.
"Hah....kamu gila? Aku?....bisakah? aku memerankan itu? Aku takut nanti aku dilabrak beneran. Nggak ah..kalau itu. Ada cara lain tidak?" Aku belum dapat menerima rencananya.
"Tidak, Re. Inilah cara satu-satunya untuk mmengetahui apakah aku masih ada di dalam hati istriku. Please...ini hanya sandiwara."