Mohon tunggu...
Mila
Mila Mohon Tunggu... Lainnya - 🙊🙉🙈

Keterusan baca, lupa menulis...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sepucuk Surat Sobat

11 Agustus 2021   13:27 Diperbarui: 11 Agustus 2021   13:48 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sore itu juga, Ronald menaikkan kepalan tangannya ke mukaku. Dan saat itu, aku mendengar bunyi 'cetar' paling keras yang pernah aku dengar. Tiba-tiba saja Ronald memegang pantatnya sambil meringis kesakitan. Kawan-kawannya segera berlari menjauh. Begitu juga Ronald kemudian. Sobat, sepertinya aku melihat titik air mata di sudut mata Ronald sebelum dia berlari mengejar kawan-kawannya. Aku tak bisa menahan tawaku, meski tetap ada sepercik sedih melihat mereka menjauh. Kemudian aku melihat Oma Duge berjalan dengan tenang sambil menggulung cambuknya. Oma Duge berhenti di sampingku, menepuk bahuku dan membiarkan tangan kecil keriputnya diam sebentar di bahuku. Oma Duge menatap mataku dan berkata, "Hanya sedikit dalam hidup yang tak perlu kau kejar, Belu! Salah satunya adalah kawan sejati." 

Aku termenung sesaat. Kemudian, aku melihat punggung Ronald dan kawan-kawannya yang berlari menjauh. Lalu, aku mengangguk setuju, Sobat. Karena saat itulah, ada kau di benakku. Itulah kau! Datang dan ada pada saatnya. Tak perlu kukejar kau, Sobat! Kau, kawan sejatiku! 

Dengan segala harapan baik untukmu, Sobat! Di mana pun kau berada. 

Dariku, 

Belu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun