Dalam 3 kali debat, tak terlihat kelebihan AHY dan pasangannya Sylviana Murni, yang ada justru menunjukan berbagai kekurangan, sehingga AHY dan Sylvi lebih sering menjadi bulan bulanan lawannya.
Jadi, menurut saya, analisa ini lebih masuk akal. Karena secara jelas kita bisa melihat bahwa memang ada keterburu buruan dari tim sukses AHY-Sylvi mempersiapkan kandidatnya.
Mereka hanya fokus untuk memoles penampilan luar saja. Makanya dalam debat pertama AHY terlihat hanya menghafal teks atau monolog saja. Dan pada pada debat debat berikutnya selalu kalah data dari pasangan lainnya. Seperti yang saya sudah menulis bahwa AHY “masih ijo”, belum mateng dan belum layak dipetik. Karenanya mereka juga sibuk mempersiapkan kandidatnya untuk debat.
Dari analisa tersebut, kita juga bisa melihat bahwa tim sukses AHY-Sylvi kurang bisa membaca situasi dan kurang memperhitungkan calon lawan. Mereka terlalu fokus untuk “menghajar” Ahok-Djarot saja. Padahal pasangan Ahok-Djarot sedari awal sudah mempunyai pendukung setia.
Tim sukses AHY-Sylvi, melupakan pasangan lain yang sebenarnya bisa lebih “berbahaya” yaitu Anies-Sandi.
Mereka lalai melihat rekam jejak Anies-Sandi yang beberapa kali menikam dari belakang. Sehingga mereka tidak sadar, pasangan Anies-Sandi lah yang justru paling mungkin mengikuti strategi mereka. Yang paling mungkin masuk untuk menggembosi dan merebut perolehan suara Agus-Sylvi sehingga sekarang akhirnya membuyarkan impian mereka...
***
Nah, yang menjadi pertanyaan sekarang adalah “Akan berpaling kemanakah Demokrat?
Kalau partai koalisinya tentu bisa bebas memilih jalan masing masing, karena dengan gugurnya Agus secara otomatis koalisi mereka sudah bubar. Dan sebelumnya mereka tidak ada masalah dengan kubu yang lainnya. Kecuali yang menjadi partai pendukung pemerintah, bisa dikatakan sedikit banyak mereka ada kaitannya.
Sedangkan Demokrat sedari awal sudah menyerang pemerintah dan pasangan Ahok-Djarot, tentu mereka enggan mendukung pada Ahok. Begitu juga dengan pasangan Anies-Sandi, kedua belah pihak pasti punya rasa sakit hati.
Demokrat jelas jelas sudah menyakiti kubu Prabowo ketika mengusung Agus, begitu juga sebaliknya Demokrat sudah pasti sakit hati ketika mereka digembosi oleh Anies-Sandi.