Sebagai perbandingan...
Kita bisa lihat secara nyata, DKI Jakarta perlahan lahan bangkit, disana sini mulai banyak kemajuan. Pasangan Jokowi-Ahok telah memberikan banyak perubahan yang signifikan bagi pembangunan dan perbaikan segala layanan bagi warga DKI Jakarta.
Dengan begitu banyaknya perubahan dimana mana- dikarenakan pemimpinnya yang senang kerja, kerja dan kerja. Bukan pemimpin yang cuma mau santai terus dapet duit doang.
Kemudian program kerja, kerja dan kerjanya Jokowi-Ahok, dilanjutkan oleh pasangan Ahok-Djarot yang sama keren nya.
Tanpa menyinggung pemimpin yang sebelumnya, pekerjaan Gubernur DKI masih sangat banyak, bertumpuk tumpuk menunggu untuk diperbaiki dan diselesaikan. Â
Tampaknya, tidak cukup waktu empat tahun (sejak 15 Oktober 2012 sampai Oktober 2016), bagi pasangan Jokowi-Ahok dan Ahok-Djarot, untuk menyelesaikan semuanya.
Masih perlu kerja keras dan tindakan nyata untuk membereskannya.
Jadi, kalau sekarang AHY mengajukan diri sebagai calon Gubernur tapi ga punya program kerja untuk dirinya dan anak buahnya nanti atau tetap tidak mau mementingkan program kerja, maka jangan harap DKI Jakarta bisa lebih maju dari sekarang.
Satu lagi perbedaan yang sangat mendasar antara kedua pasangan ini...
Pasangan AHY-Sylvi, hampir tiap kampanye selalu mengumbar janji kosong dengan cara yang tidak mendidik yaitu ingin memberi uang. Karena itu bisa membuat semua orang malas bekerja. Dan secara perlahan tapi pasti ujungnya membuat warga DKI menuju jurang kemiskinan.Â
Ingat tidak ada orang yang menjadi kaya dan sukses dengan ongkang ongkang kaki doang. Semua perlu kerja kerja dan kerja...