Mohon tunggu...
Mike Reyssent
Mike Reyssent Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia

Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia Graceadeliciareys@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Waduh, AHY Mau Jadi Gubernur Tidak Punya Program Kerja?

1 Desember 2016   07:32 Diperbarui: 7 Februari 2017   03:40 6304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan ini terinspirasi dari Program Program Konyol Agus Yudhoyono

***

Sedari awal pencalonan AHY, saya udah merasa ga enak (Tega) kalau harus ikut ikutan membahasnya (Baca : Mengulitinya).

Kasihan gitu lho... Ada perasaan ga tega kalau ikutan gitu... Makanya selama ini ga pernah nulis soal AHY, baru kali ini saya menulisnya, itu juga karena kaget setelah tadi baca tulisan Oom Daniel.

Kenapa? Bukankah AHY adalah pesaing Ahok, calon Gubernur yang saya dukung?

Benar, AHY adalah salah satu pesaing Ahok. Tapi seperti saya sudah bilang sebelumnya, AHY itu jelas jelas buah yang masih “Ijo” yang dipanen secara paksa.

Jadi, mesti diperam (disekap) dulu beberapa hari baru bisa dimakan. Kalau tidak diperam dulu, biar dilumuri dengan gula sebanyak apapun, tetap aja rasanya asem.

Nah, yang suka dengan buah yang asem asem itu cuma sedikit orang, yaitu ibu ibu yang sedang hamil muda, atau bisa juga anak anak ABG doang. (Coba aja liat ABG senengnya sama PHP doang, sama dengan program AHY-Sylvi kan?)

Sedangkan kalau orang biasa, tentu ga bakalan mau makan buah yang masih belum masak. Betul?

Ini, terbukti secara nyata bahwa AHY memang buah mentah yang tidak layak jual. Silahkan saja lihat dari beberapa cara kampanyenya, yang kemana mana dan dimana mana cuma bisa mengumbar janji mau kasih duit doang.

Janji janji seperti itu tidak ubahnya dengan cara kampanye pemilihan legislatif. Dimana sang caleg sering kali menyebar uang kepada para pendukungnya. Padahal, kita tau kebanyakan niatnya nyaleg, bukannya ingin kerja dan melayani rakyat tapi cuma mau datang, duduk, diam, dapet duit. Atau kalaupun kerja, cuma mau cari proyek buat diurus oleh perusahaan dan koleganya aja.

Tipikal pemimpim macam apa yang bisanya cuma mengumbar janji kaya gitu?

Ini jelas bukan tipikal pemimpin yang senang kerja tapi tipikal pemimpin malas dan tidak mendidik. Dengan mengumbar janji mau memberi uang saja sepertinya ia ingin warga DKI, jadi pemalas juga. Ongkang ongkang kaki dapet duit. Betul?

Hal itu semakin ditegaskan dari statement juru bicara pemenangan tim Agus-Silvi, Rico Rustombi, yang menilai selama ini warga yang ditemui tidak terlalu mementingkan soal program kerja calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta.

Apakah betul begitu??? Warga DKI yang mana yang tidak mementingkan rencana dan program kerja calon pemimpinnya? 

Jikapun ada, mestinya pihak AHY bisa memberi penjelasan yang lebih baik untuk mendidik warga supaya lebih mengerti tentang pemimpin atau Gubernur nya. Bukan justru menyetujuinya atau malah “kegirangan”.

Mengapa tim AHY malah "kegirangan" ketika tahu bahwa warga DKI tidak terlalu mementingkan program kerja calon Gubernur? 

Apakah dengan begitu bisa dikatakan jika pihak AHY mau “membodohi” warga Jakarta terus pakai janji kosong melompongnya aja?

Atau apa memang karena AHY memang tidak biasa kerja dan tidak pernah memimpin, maka AHY tidak tau bagaimana cara bekerja dan menyusun program kerja. Sehingga juru bicaranya kegirangan melihat ada warga yang tidak mementingkan program kerja calon pemimpin nya.

Sekarang gini aja deh...

Kalau saja sebelumnya AHY memang biasa kerja, sudah pasti dia tau bagaimana caranya kerja. Bagaimana melaksanakan dan menyelesaikan tugas dan  pekerjaan dengan baik. Bukan cuma mau ongkang ongkang kaki doang.

Oke deh, karena AHY itu kan anak bos... Jadi, gimana kalau kita anggap sebelumnya AHY juga sebagai pemimpin, Ok? Berarti ga masalah dong, kalau dia cuma mau ongkang ongkang kaki doang...

Nah, ini dia... 

Biarpun dia anak bos, tetap saja dia harus punya anak buah yang bisa disuruh untuk mengerjakan pekerjaannya... Dan kalau sudah begitu, mestinya AHY juga tau dan bisa menyusun program kerja... Betoool?

Walaupun program kerjanya tidak bisa dibuat secara tertulis tapi setidaknya ia bisa merencanakan apa yang bakal dikerjakan anak buahnya.  Betoolll?

Nah, gimana kalau ia ga punya rencana apa apa, lalu apa gunanya anak buahnya?

Apa bawahannya langsung juga ikut ongkang ongkang kaki terus dapet gaji? 

Dan bawahannya juga mengandalkan anak buahnya lagi? Begitu seterusnya, seterusnya dan seterusnya...

Waduh....!!! Bisa dibayangkan sendiri deh, kalau kerjanya kaya gitu... 

Apa jadinya sebuah kota besar dipimpin oleh pemimpin yang seperti itu? 

Apa jadinya DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara ini, kalau dipimpin Gubernur yang seperti itu?

Apa jadinya jika AHY terpilih sebagai Gubernur DKI nanti.

(Saya tidak menyebut ini karena DNA yang sama ya...  Peace...!)

Sebagai perbandingan...

Kita bisa lihat secara nyata, DKI Jakarta perlahan lahan bangkit, disana sini mulai banyak kemajuan. Pasangan Jokowi-Ahok telah memberikan banyak perubahan yang signifikan bagi pembangunan dan perbaikan segala layanan bagi warga DKI Jakarta.

Dengan begitu banyaknya perubahan dimana mana- dikarenakan pemimpinnya yang senang kerja, kerja dan kerja. Bukan pemimpin yang cuma mau santai terus dapet duit doang.

Kemudian program kerja, kerja dan kerjanya Jokowi-Ahok, dilanjutkan oleh pasangan Ahok-Djarot yang sama keren nya.

Tanpa menyinggung pemimpin yang sebelumnya, pekerjaan Gubernur DKI masih sangat banyak, bertumpuk tumpuk menunggu untuk diperbaiki dan diselesaikan.  

Tampaknya, tidak cukup waktu empat tahun (sejak 15 Oktober 2012 sampai Oktober 2016), bagi pasangan Jokowi-Ahok dan Ahok-Djarot, untuk menyelesaikan semuanya.

Masih perlu kerja keras dan tindakan nyata untuk membereskannya.

Jadi, kalau sekarang AHY mengajukan diri sebagai calon Gubernur tapi ga punya program kerja untuk dirinya dan anak buahnya nanti atau tetap tidak mau mementingkan program kerja, maka jangan harap DKI Jakarta bisa lebih maju dari sekarang.

Satu lagi perbedaan yang sangat mendasar antara kedua pasangan ini...

Pasangan AHY-Sylvi, hampir tiap kampanye selalu mengumbar janji kosong dengan cara yang tidak mendidik yaitu ingin memberi uang. Karena itu bisa membuat semua orang malas bekerja. Dan secara perlahan tapi pasti ujungnya membuat warga DKI menuju jurang kemiskinan. 

Ingat tidak ada orang yang menjadi kaya dan sukses dengan ongkang ongkang kaki doang. Semua perlu kerja kerja dan kerja...

Sebaliknya Ahok-Djarot "meminta uang" dari para pendukungnya dengan cara mengadakan acara jamuan makan berbayar, dengan tarif 2,5 juta dan 5 juta.  Santapan Lontong Sayur Seharga Rp 5 Juta bersama Ahok-Djarot.

Dan gilanya lagi, pasangan Ahok-Djarot yang justru meminta sumbangan pada warga DKI untuk kampanye mereka.

Dukung Kampanye Bebas Politik Uang dengan Donasimu


Jadi silahkan nilai sendiri mana pasangan yang cocok untuk menjadi pemimpin DKI yang serba ruwet. 

Mau yang ngasih duit doang tapi tidak bisa kerja, atau malah yang minta duit tapi bisa kerja?

***

Pasangan Ahok-Djarot -yang sudah terbukti kerja nyatanya- ingin melanjutkan pekerjaannya yang belum tuntas. Tapi hal itu tidak mudah dilakukan. Begitu banyak rintangan yang harus dilalui.

Terutama pihak yang selama ini merasa dirugikan. Padahal mereka sudah merancang dengan aksi sulap menyulap sedemikian rupa, membuat anggaran siluman.

Aksi bersih dan transparan yang dilakukan Jokowi-Ahok-Djarot dengan cara menerapkan e-budgeting, membuat banyak pihak yang dulunya biasa mengelabui proyek, sekarang tidak bisa lagi.

Ahok juga ingin agar warga DKI mendapat pelayanan yang baik dari pemerintah. Oleh sebab itu, ia harus berusaha keras mengubah perilaku bawahannya. Para pekerja yang awalnya sudah merasa nyaman, tidak bekerja tapi dapat gaji dan kadang bisa main proyek siluman, sekarang mereka harus fokus kerja keras untuk warga. 

Dengan demikian pasti banyak yang jengkel dong...

Ahok bisa seketika itu juga marah apabila melihat perilaku anak buahnya yang malas atau salah. Sikap keras Ahok yang sering tanpa tedeng aling aling mengungkap kebobrokan di jajarannya inilah yang kemudian menjadi masalah. Mereka inilah yang akhirnya membentuk image bahwa Ahok kasar dan semena mena.

Padahal, Ahok kasar tidak pada semua orang, tetapi hanya pada mereka yang salah aja.

Logikanya, Ahok sangat “bodoh” kalau mau cari musuh, karena Ahok tidak punya partai yang akan membelanya. Lagipula, Ahok mau maju lagi sebagai calon Gubernur DKI.

Kalau Ahok mau cari aman aja, mestinya dia bisa duduk tenang tenang di kantornya. 

Tutup mata, tutup telinga, masa bodo, orang mau kerja keq, mau korup keq, biarin aja. Yang penting gaji lancar, dana operasional Gubernur diamankan dan kalau bisa ikut merancang proyek siluman buat kantongnya sendiri. Dan nanti dalam pilkada banyak partai yang akan mengusung. Betooolll...?

Tapi karena keinginan besarnya untuk kemajuan Ibukota Negara Republik Indonesia dan demi perbaikan layanan bagi warga DKI, Ahok rela dihujat orang dan dimusuhin banyak pihak. 

Miris...

Kenapa Ahok?

Simak jawabannya


***Catatan : 

Turut berduka dengan istirahatnya bang AAA...

http://www.kompasiana.com/aaa-nhuzq
http://www.kompasiana.com/aaa-nhuzq

Semoga bisa istirahat dengan tenang...

Dan dalam tempat peristirahatannya, tetap mau ngintip temen temen disini...

Salam Damai...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun