Mohon tunggu...
Mike Reyssent
Mike Reyssent Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia

Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia Graceadeliciareys@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kasus Kopi Maut : Fakta Penting yang "Mungkin" Terlewati Penyidik

1 Februari 2016   19:39 Diperbarui: 1 Februari 2016   19:43 5458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Update terbaru, Jessica lolos dari lie detector. Apa artinya?

Kasus kopi maut yang sudah menimpa Wayan Mirna Salihin telah memasuki babak baru. Pada Sabtu 30 Januari 2015, polisi telah menetapkan Jessica sebagai tersangka. Alasannya, kesaksian Jessica tidak konsisten, dalam arti, apa yang dikatakan Jessica berbeda dengan fakta yang ada di lapangan.

Sebelum membaca lebih lanjut, perlu saya tuliskan bahwa saya bukan ingin membela siapapun dan tidak kenal sama sekali dengan orang orang yang ada dalam tulisan ini. Terlepas siapapun tersangkanya, saya tidak diuntungkan atau dirugikan. Saya hanya ingin kita melihat kasus ini secara lebih teliti lagi supaya orang yang benar benar berbuat salah yang mendapat hukuman.

Dan mungkin tulisan ini lumayan panjang, saran saya, minum air putih dulu, ambil napas dalam dalam, kemudian hembuskan pelan pelan. Lakukan sampai tujuh kali, biar adem.

Penetapan Jessica sebagai tersangka bukan lagi sebuah kejutan dan sudah bisa diterka orang banyak. Karena sejak awal terungkapnya kasus ini, polisi terlihat seperti menggiring opini publik bahwa yang nantinya akan menjadi tersangka adalah Jessica.

Namun faktanya, sekian lamanya  polisi hanya berkutat pernyataan pernyataan yang seakan menggiring opini publik saja, tanpa punya keyakinan yang kuat berdasarkan fakta dan bukti bukti materiil yang ada di lapangan.

Apakah tidak merasa kasihan dengan pihak keluarga korban yang terus menunggu dan terus bolak balik dipanggil ke kantor polisi?

Asumsi dan debat kusir serta twet yang tidak semestinya telah dilontarkan oleh penyidik. Apakah itu penting? Penting untuk apa? Hanya penting supaya publik mendukung asumsi yang dimiliki polisi aja kan?

Kalau saja sebagai orang awam seperti saya, mungkin itu perlu, tapi apakah polisi harus memakai cara amatiran seperti itu?

Sejak beberapa waktu lalu, beredar transkrip rekaman pembicaraan antara orang yang diduga penyidik, orang yang diduga ayah Mirna dan orang yang diduga saksi .

Benar, terkait rekaman yang beredar, polisi telah membantahnya. tapi menurut saya tetap aneh. Kenapa polisi tidak melakukan press confrence untuk mengatakan bahwa rekaman itu palsu (Bisa dilihat setiap hari polisi selalu merilis kasus Mirna kan? Lalu kenapa ga bilang ada rekaman palsu?), atau menuntut orang/pihak yang menyebar rekaman dan meminta supaya menghapus tulisan atau video tentang transkrip rekaman itu?

Karenanya, maka saya anggap rekaman itu setengah benar dan akan saya sertakan dalam tulisan ini. Supaya tidak terlalu panjang, saya hanya ambil potongannya saja.

Namun jika ingin melihat selengkapnya bisa dilihat Transkrip rekaman suara diduga saksi kasus Mirna yang beredar atau di Youtube

[caption caption="https://www.youtube.com/watch?v=FoakHy9HA4Y"]

[/caption]

Diduga suara ayah Mirna : Saya mau tanya satu, boleh ya pak? Proses pembuatan kopi itu sebenernya yang buat siapa?

(tapi coba baca transkrip atau dengar rekaman video selengkapnya, apakah tidak bisa dikatakan orang yang diduga ayah Mirna ini yang justru terus mendominasi pertanyaan?)

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Rangga.

Diduga suara ayah Mirna : Total dari pertama buat sampai selesai kopinya Rangga?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Oh iya, kopinya.

Diduga suara ayah Mirna : Nanti Rangga kamu siapin ya. (?)

Diduga suara penyidik : It's oke. Saya sudah tau. Menurut keterangan Bapak, katanya ada jessica yang ngelola (minuman) sendiri ya Pak? (?)

Diduga suara ayah Mirna : Bukan, bukan. Ngaduknya itu musti tamu. (?)

-----

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Itulah kesulitan kita. Makanya kita nggak tahu itu apa yang dimasukin ke situ (minuman). Karena dia menghalangi CCTV.

Diduga suara penyidik : Ngehalangin gelas?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : CCTVnya jadi nggak bisa nyorot.

Diduga suara penyidik : Jadi handbagnya itu ngalangin CCTV?

Diduga suara ayah Mirna : Maksudnya dengan menghalangi CCTV itu dia taruh atau tidak taruh itu sudah modus.

Diduga suara penyidik : Ya betul, Pak. (Koq ikutan?)

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Setelah itu dia (Jessica)beraktifitas sendiri dengan minumannya. Dia taruh di bawah bagnya, kemudian dia berubah pikiran. Taruhnya di belakang lagi. Nah ini nggak tahu nih maksudnya apa, tujuannya apa. Karena di belakangnya itu ada tanaman lalu ada space. Mungkin nanti kalau lihat TKP-nya bisa dicek.

Diduga suara ayah Mirna : Setelah dia kerja beres, baru dipindahin lagi? Terus dia takut, dipindahin lagi? (Hmmm...)

-----

Diduga suara ayah Mirna : Kita mau recover nama baik you. (Hmmm...)

-----

Diduga suara ayah Mirna : Stop sampai situ dulu. Sekarang saya tanya kenapa anak saya ngomong "Ini kopi kok baunya jamu? Nggak layak dijual." (????)

Terus saya suruh liat mantu saya yang belaga beli itu. Itu sebenarnya saya suruh lihat dulu. Saya suruh beli "Coba lu Hans beli dulu, coba cium sama apa ga?" Ternyata lain (baunya).

Berarti ini minuman waktu di tangan Jessica sudah dikasih sesuatu sampai bau jamu tadi. Itu pikiran saya sama Komandan. (Koq, sudah membuat kesimpulan???)

-----

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Ini sudah disediain minuman. Kita nggak tahu percakapannya seperti apa karena di CCTV tidak bisa kedengeran. (menit ke 6.18)

Dia minum satu shot, "slrup.." gitu. Dia ada penolakan, ada gestur "Apa sih!" Terus mukanya kaya panas gitu. Jadi kita hitung dia sampai 6x melakukan seperti ini. Dia minum sedikit doang. Kemudian dia begini berkali-kali.

(Apakah orang yang diduga saksi dari kafe sudah melihat rekaman CCTV dulu sebelum diperiksa polisi?)

"Panas...panas...panas..." gitu. Kemudian mungkin dia pikir biasa aja gitu kan. Mbak Hani ini panik.

(Bisa dengar?)

Diduga suara ayah Mirna : orang bener, orang bener. (????)

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Dia tanya "Kenapa?" , (Jessica jawab) "nggak tahu, nggak tahu".(menit 7.06)

(Bisa dengar?)

Nggak lama kemudian dia collapse, kejang, tangannya kaku. Kemudian staf-staf kita datang.

(Apakah bisa sebelum datang ke tkp tapi sudah bisa denger pembicaraan?)

-----

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Kemudian mba Jessica ini bilang "Ini minumannya campur apa sih?" Trus karena saya denger, saya "Loh kok minuman gitu?". Saya langsung sadar diri, saya ke bar, saya minta minumannya yang tadi diangkat dari meja itu. (Menit 9.18)

Saya minta jangan apa2in saya langsung masuk ke dalam saya coba. Saya coba karena ada sedotannya, saya coba ditetesin sedikit. Untung saya tetesin sedikit bukan begini ya.

(Minuman atau barang bukti, sempat dibawa keluar TKP)

-----

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Saya tetesin ke ujung lidah, itu lidah saya kebas setengah jam. Saya sempet muntah. Bartender saya, kapten saya sempat coba tapi cobanya begini (menirukan suatu gerakan). Dia muntah.

Diduga suara ayah Mirna : Tapi dia nggak ditelan (perhatikan menit 9.42)

---

Diduga suara penyidik : Itu rasanya pahit gitu?

(Rekaman menit 9.49. Apakah boleh pertanyaannya menggiring?)

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Pahit, bau...baunya sangat bau kimia. Lidah saya kebas setengah jam. Jadi saya nggak bisa rasa lidah saya.

-----

Diduga suara ayah Mirna : Karena dipikirannya bukan keracunan ya?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Kita dipikiran nggak ada keracunan.

(Sebelumnya dikatakan, bahwa kopi berbau kimia, lidahnya kebas, mual, muntah, lalu tidak terpikir keracunan? Hmmm)

Kita pikir, makanya saya sempat tanya Mbak Hani "Mbak maaf boleh telepon keluarganya? Mungkin ada history epilepsi atau minum obat,"

(Hani jawab) "Saya nggak tahu nomornya, saya nggak tahu keluarganya".  (menit 11.17)

(Saksi dari kafe) "Mungkin ada nomor pacarnya atau suaminya?",

(Hani jawab) "Oh ya ada suaminya". Mbak Hani lah yang telepon suaminya.

(Apakah karena panik jadi ga ngerti suami termasuk keluarga?)

Benar, dalam setiap kasus, polisi harus punya pendapat, perasaan atau naluri. Tapi, apakah ketika memeriksa saksi, polisi dibenarkan memasukan pendapat pribadinya? Apakah itu tidak dikatakan menggiring opini? Atau bolehkah ada orang lain yang ikut memasukan asumsinya?

Terakhir ada pertanyaan yang menggelitik dalam pikiran saya, apakah saksi dari kafe sudah kenal dengan ketiga orang perempuan itu (Mirna, Jessica dan Hani). Kalau tidak kenal, apakah dibenarkan dalam pemeriksaan polisi, saksi menyebut nama (Mirna, Jessica dan Hani) bukan dengan sebutan Korban, Teman Korban?

***

Dari rekaman kesaksian diatas, bisa dilihat beberapa fakta serta keanehan yang menimbulkan banyak pertanyaan, yang “mungkin” terlupakan/terlewatkan oleh polisi.

1. Dalam rekaman CCTV keliatan bahwa gelas kopi sudah dipindahkan oleh Jessica. Hal itu yang membuat polisi yakin bahwa Jessica meletakan sesuatu ke dalam kopi Mirna.

Tapi apakah polisi lupa bahwa kopi bekas minuman Mirna sudah berpindah tempat? Dan bisa dibilang sudah tercemar untuk dijadikan sebagai barang bukti. Apakah mungkin barang bukti yang sudah tercemar bisa dijadikan barang bukti lagi di pengadilan?

2. Dari keterangan orang yang diduga saksi dari kafe, seakan akan bisa mendengar kejadian yang ada di TKP. Apakah itu bukan keanehan? Apakah itu yang disebut dengan mengkondisikan?

3. Kopi -yang dikatakan sisa kopi Mirna- yang dicicipi saksi dari kafe. Dari kesaksiannya, kopi itu berasa jamu, berbau kimia dan pahit.

Padahal senyatanya sianida tidak mempunyai rasa sama sekali. Walaupun berbau, bukan bau kimia. Tapi bau almond.

Pernah mencium bau almond? Jelas bukan bau kimia, atau jamu  karena itu adalah kacang, dan baunya lebih mirip kue. (https://id.wikipedia.org/wiki/Badam)

Racun sianida, Tjandra menjelaskan, biasanya berbentuk cair. Yang membuatnya sulit dikenali karena zat ini tak berbau dan tak berwarna. (Sianida di kopi Mirna racun ajaib tak berbau tak berwarna)

Sianida atau Natrium Sianida (NaCN), merupakan bahan kimia berbentuk kristal kubus atau serbuk, granule, tidak berwarna hingga putih, berbau seperti almond. Jika kering tidak berbau, tetapi jika menyerap air berbau sianida. nationalgeographic.co.id

Seperti yang dikatakan oleh polisi, bahwa alasan penahanan Jessica adalah inskonsistensi. Artinya, keterangan Jessica berbeda dengan fakta. Lalu bagaimana jika ada saksi yang ternyata juga terbukti keterangannya berbeda dengan fakta?

4. Apakah polisi tidak mencurigai orang yang diduga pegawai kafe (dalam rekaman) yang keliatan seperti terus menyudutkan Jessica? Lihat keterangan Reza Indragiri, yang mana, bisa saja ada orang lain yang berada dibelakang layar.

Dari pandangan Reza, ada seorang intellectual leader dalam kasus Mirna ini. Terlebih senjata pembunuhan adalah racun, yang berarti, menurut Reza, pelaku ingin mengambil jarak dari TKP pembunuhan.

Logikanya karena pelaku ingin mengambil jarak. Itu sebabnya dia menggunakan racun. Hanya racun yang memungkinkan mengambil jarak sejauh-jauhnya. Ada eksekutor di situ, tapi saya yakin ada yang membuat master plan-nya. Matang dalam perencanaan tapi kacau balau saat pelaksanaan," sambungnya

(Pakar psikologi forensik ini yakin Jessica bukan pembunuh Mirna)

Menarik untuk dibaca : [Kasus Kopi Mirna] Pengalaman Saya Pernah Hampir Dijadikan Tersangka Pembunuhan oleh Polisi

5. Dalam setiap kasus pembunuhan, yang paling pertama dicari adalah orang yang diuntungkan dengan kematian itu. Siapa orang yang diuntungkan dengan kematian Mirna?

Terakhir sekali lagi saya ingin bertanya, Apakah kalau tidak konsisten bisa dijadikan alasan untuk menetapkan tersangka, bagaimana dengan saksi atau polisi yang juga sering tidak konsisten bahkan ingkar janji?

Catatan :

*Sumita Tobing : Media adalah pilar ke 4 setelah Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif. Semua orang butuh media, tidak perduli apa statusnya.

Mengapa polisi tidak mencari siapa sebenarnya orang yang merekam dan meyebarkan pembicaraan itu? Lalu untuk apa disebarkan?

Dalam kasus ini media seharusnya membuat berita yang lebih berimbang, ketimbang terus menghakimi dan menyudutkan Jessica yang belum tentu bersalah.

Sekalipun nantinya Jessica bersalah, Apakah layak ia mendapat hukuman dua kali? Dari media (masyarakat) dan dari negara.

Menarik untuk baca ini :

Siapa pembunuh Jessica Kumala Wongso? Media? Atau dirinya sendiri?

* Menghukum orang yang tidak bersalah tidak dapat dibenarkan sama sekali karena bisa dianggap sebagai bentuk kejahatan. “Lebih baik membebaskan seribu orang bersalah daripada menghukum satu orang yang benar”

Dalam penegakan hukum pidana yang patut dicari adalah kebenaran  materil, bukan kebenaran formil.

Kita tidak hanya sekedar memerlukan penegak hukum yang jujur, tegas dan berani, tapi juga harus cerdas, jeli dan memiliki kemampuan memahami hukum dengan benar, sehingga orang-orang yang berurusan dengan hukum dapat merasakan keadilan dan tidak merasa diperkosa hak-haknya. Dengan demikian diharapkan tindakan-tindakan malpraktek dalam penegakan hukum dapat dihindari.

(Penegakan Hukum)

*Apakah aneh jika Jessica tetap tenang sewaktu kejadian sehingga dianggap bukan orang benar? Lalu bagaimana dengan perilaku masyarakat yang tetap tenang sewaktu ada Bom Thamrin kemarin? Apakah semua orang itu bukan orang benar?

*** Turut Berduka Cita, Semoga Mirna diterima disisiNya dan berharap polisi bisa mengungkap kasus ini serta menghukum pelaku sebenarnya***

 

Salam Damai...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun