“Putri Jempol? Mas Ben, mencari Putri Jempol? Hahahahahaaa....” ibu Yerekim kembali menegaskan sambil tertawa dengan suara lepas.
“Benar bu, apakah ibu kenal dengan Putri Jempol?” jawab Ben dengan semangat 45, yang menyala nyala.
“Silahkan, duduk dulu di taman, sementara saya buatkan minum dulu ya.... Kamu mau minum kopi?”
“Boleh kopi bu, kebeneran saya belum tidur sejak semalam” jawab Ben.
***
Putri Jempol itu ternyata...
Kemudian, secara singkat, ibu Yerekim menceritakan kejadian beberapa waktu lalu di Kampung Kamposaiana. Dimana seluruh penduduk kampung merasa terganggu dengan adanya sesosok mahkluk purba dari negeri entah berantah, yang jatuh di Kamposaina.
Berbagai cara sudah dilakukan penduduk Kamposaina untuk mengusir mahkluk jahil itu, tapi tak juga membawa hasil. Pernah sekali waktu ibu Yerekim membuat alat penangkal tapi tetap tidak mempan. Mahkluk itu masih saja mengikuti kemana ibu Yerekim pergi.
Hingga suatu ketika, ada beberapa famili, yang berasal dari Tangerang datang berkunjung. Mereka banyak membawa oleh oleh, makanan asli dari Tangerang, yaitu laksa -yang bahan bakunya dari nasi bukan bihun- sate kambing yang tidak pakai tusuk dan tak lupa beberapa ikat emping jengkol kesukaan ibu Yerekim.
Malamnya sehabis melepas kangen, ngobrol panjang kali lebar, sambil ngemil emping jengkol, semua tidur.
Keesokan harinya, pagi pagi buta, terdengar suara memaki maki yang sangat keras di depan rumah ibu Yerekim.