Mohon tunggu...
Alfa Mightyn
Alfa Mightyn Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Mercu Buana | Dosen: Prof. Dr. Apollo, M.Si, Ak. | NIM: 55521120047

Universitas Mercu Buana | Dosen: Prof. Dr. Apollo, M.Si, Ak. | NIM: 55521120047 | Magister Akuntansi | Manajemen Perpajakan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB2_Akuntansi Perpajakan PDCA, Pendekatan Teknologi Informasi

12 November 2022   10:21 Diperbarui: 12 November 2022   12:12 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dromologi dan PDCA Cycle/Dok pribadi

Dewasa ini, kecepatan menjadi parameter utama segala hal. Bila dulu orang cenderung melihat realitas dari sudut pandang ruang dan waktu, namun saat ini orang lebih melihat percepatan dalam menilik realitas.

Diam berarti mati. Diam berarti tertinggal. Siapa yang tidak bisa mengimbangi laju percepatan akan dianggap kuno, ketinggalan jaman. Dromologi dinobatkan menjadi kekuasaan baru. Kini kemajuan peradaban bukan hanya dilihat dari kebaruan, namun juga kecepatan.  

Terdapat empat asumsi dasar dromologi menurut Paul Virilio, yaitu:

  • Tercepat, pertama, dan terdepan. Manusia dituntut untuk terus menerus mencari informasi. Manusia menjadi takut untuk tertinggal jika tidak memantau informasi. Hingga muncul istilah FOMO, fear of missing out, takut bila tidak mengikuti tren yang ada.
  • Siapa cepat dia menang, siapa menang dia berkuasa. Kecepatan informasi bisa membuat orang menjadi penguasa. Sebagai contoh apa yang terjadi pada dunia persaingan transportasi online. Pihak yang memiliki informasi pelanggan yang lebih banyak, lebih up to date, dialah yang akan menjadi penguasa pasar.
  • Manusia tidak boleh diam. Mereka yang diam akan tergilas oleh laju percepatan informasi. Akhirnya mereka dipaksa untuk terus menerus bergerak mencari informasi, tidak bisa lepas dari gawai.
  • Kecepatan menjadi dasar berpikir dan mengambil keputusan. Keputusan perlu diambil secara cepat, sehingga informasi yang menjadi dasar pengambilan keputusan juga harus cepat tersedia. Kecepatan pun menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Alternatif keputusan mana yang cepat dan mudah akan lebih utama. Mereka yang lambat akan disingkirkan dan tidak dianggap.

Percepatan ini bukan tanpa efek. Pola hidup manusia dengan tempo yang meningkat dan tergesa-gesa membuat waktu terasa lebih singkat, tidak adanya batasan geografis, gaya hidup serba instan, dan lenyapnya sikap deliberatif. Hal ini juga mendorong semakin pesatnya perkembangan gaya hidup serba digital. Kecanduan akan digitalisasi meningkat dan aksi manusia sendiri semakin terdiskreditkan.

Parahnya, pengaruh dromologi dapat melumpuhkan akal budi manusia. Mereka cenderug diam, anti sosial dan teraliensi dari lingkungan sekitar. Percepatan teknologi membuat manusia hidup dalam kemudahan dan mendapatkan segalanya secara instan.

Manusia akan terlalu asyik larut dalam arus informasi dan kehilangan jati diri. Pilihan kita hanya berdasar pada pilihan orang lain tanpa mempertimbangkan makna dan relevansi bagi kehidupan diri sendiri. Tidak ada waktu dan kesempatan untuk bisa berrefleksi dan menahan laju informasi. Dan pada akhirnya kecepatan dapat menghasilkan pendangkalan makna.

Itulah kondisi kini. Dromologi bukan sesuatu yang bisa dihindari. Namun, ada langkah yang dapat dilakukan agar dromologi yang ada bisa bersifat integratif, baik lingkungan hidup, sosial, maupun spiritual. Jangan sampai teknologi mengarahkan perubahan psikis yang buruk.

Maka, penting untuk kita mengetahui kebutuhan informasi diri sendiri dan mampu mengendalikan diri agar tidak ikut terseret dalam lingkaran percepatan informasi yang berlebihan.

Paul Virilio kembali memberikan lima pendapatnya bagaimana cara menghasilkan dromologi yang sehat dan positif, yaitu:

  • Kehati-hatian dan reflektif. Hati-hati berarti tidak tergesa-gesa. Karena ketergesaan mendorong manusia untuk lebih ceroboh. Terutama dalam melangkah dan mengambil keputusan, manusia perlu mempertimbangkan dengan matang, berpikir mengenai makna, alasan, dan tujuan. Hati-hati, perlahan, tapi bukan lamban agar bisa tepat sasaran.
  • Menjaga jarak. Saat ini jarak kita dengan informasi begitu dekat. Berhenti sesaat, melihat keadaan, dan mengambil jarak mungkin diperlukan. Sedikit merenggangkan jarak tersebut bisa membantu kita untuk lebih objektif dan bisa melawan arus atau setidaknya tidak tergerus arus serba cepat dan serba instan.
  • Skeptis. Skeptis atau tidak mudah percaya pada informasi yang didapatkan.
  • Verifikasi. Informasi yang didapatkan perlu untuk divalidasi agar terpercaya dan dapat dipertanggungjawabkan.
  • Check and Recheck. Memeriksa kembali informasi yang didapat bisa menghindarkan kita dari informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Saat ini dromologi menjadi fenomena yang tidak terbendung. Bahkan kondisi pandemi Covid-19 menambah pesatnya laju informasi dan teknologi. Orang dipaksa untuk diam namun haus akan informasi. Akibatnya, segala realitas aktual berganti menjadi realitas virtual.

Teknologi Informasi dalam Administrasi Perpajakan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun