"Meski aku tidak bisa melanjutkan cita-cita seperti yang kita rencanakan dulu, aku harap kamu tetap melanjutkannya. Jika aku tidak bisa melanjutkan karena satu alasan, kamu dengan alasan lain bisa mencapainya. Maka perjuangkan. Apa pun yang terjadi jangan patah semangat. Aku akan selalu menemanimu."
Maftuh membisu. Hatinya amat sedih. Mashud seperti bersikeras meyakinkannya bahwa dia benar-benar tidak akan kuliah.
Motor meluncur melewati jalan setapak hingga tiba di rumah leter el.
Maftuh disambut kedua orang tua Mashud yang kebetulan sedang duduk di beranda rumah dengan senyum sendu.
"Sini, Maftuh" ucap perempuan paruh baya.
Maftuh yang masih duduk di atas motor tersenyum. "Ya, Bu"
Dia segera turun dari motor. Lalu kaget ketika tak ada Mashud di sisinya. Curiga jangan-jangan Mashud belum sempat naik motor, ia tak sengaja meninggalkannya. Kejadian seperti itu pernah beberapa kali terjadi sewaktu sekolah SMK.
"Sebentar, Bu, Pak, Mashud ketinggalan di belakang"
Kedua orang tua itu tertegun. Kemudian pria jangkung mengatakan.
"Sudah, tidak apa-apa. Masuk saja dulu. Kamu kan capek"
Maftuh segera beranjak menemui kedua orang tua sahabatnya sambil memperhitungkan jarak jalan setapak yang dilewati tadi kurang dari seratus meter jadi mungkin tidak lama Mashud akan sampai rumah dengan jalan kaki.