Kamu sakit, Hud?"
Mashud tersenyum. Lalu memandang sang sahabat dengan tatapan sedikit kabur. "Jika aku sakit, itu karena merindukan masa-masa kita kecil dulu."
Maftuh tersenyum. Ia juga merindukan masa-masa itu.
"Kita akan daftar kuliah bareng kan. Kamu sudah siapkan berkas untuk mendaftar besok?" tanya Maftuh bersemangat.
Mashud menatap sedih lawan bicara. "Maftuh, aku sudah tidak bekerja lagi karena kontraknya sudah selesai. Tabungan kuliah sudah kuberikan keluarga."
"Aku yang bayar untuk pendaftarannya. Nanti kamu bisa sambil kerja untuk biaya kuliah. Aku bantu kamu cari pekerjaan sampai dapat. Ingat janji yang kita buat. Ayolah"
Mashud kembali menatap Maftuh. "Tidak bisa."
Maftuh kecewa berat.
"Sebenarnya apa yang terjadi denganmu sampai berubah pikiran?"
Bukan menjawab pertanyaan sahabatnya, Mashud berkata. "Ayo ke rumahku"
Maftuh hanya menurut. Berdua berjalan meninggalkan parit. Di tengah langkah pelan mereka, Mashud berkata.