Mohon tunggu...
Miftahul Abrori
Miftahul Abrori Mohon Tunggu... Freelancer - Menjadi petani di sawah kalimat

Writer & Citizen Journalist. Lahir di Grobogan, bekerja di Solo. Email: miftah2015.jitu@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sungai Klampis

28 Januari 2020   10:38 Diperbarui: 28 Januari 2020   10:53 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: https://hachi.ilearning.me/2015/04/03/filsafat-sungai/

Wangsit berdiri di tepi kali. Ia menyusuri kesunyian hati yang tak terlukis. Ada segenggam rindu yang tak terkabarkan pada kekasihnya. Dengan langkah santai Wangsit menghampiri kekasihnya lalu duduk jongkok didekatnys

"Kemarin anak pak Lurah melamar saya, Mas," ujar Rohana yang bagi Wangsit hanya sebuah berita yang biasa. 

"Kamu terima?"

"Ora lah. Aku menungu sampeyan," 

Rohana menghentikan mengucek pakaiannya. 

"Bapak bilang kalau mas benar-benar serius, sampeyan disuruh cepat melamar aku."

"Nglamar? Tau sendiri aku ini enggak punya uang?".

"Usaha to, Mas. Kerja ke kota. Cari biaya buat nikah."

Wangsit diam, bukan karena marah, tetapi tak punya jawaban atas permintaan Rohana.

Terkadang Wangsit merasa kalau mempunyai kekasih yang berparas cantik dan anak orang kaya menjadi beban tersendiri. Apalagi ketika usia sudah cukup untuk berkeluarga. Orang tua Rohana memintanya segera menikahi Rohana. Wangsit masih diliputi keraguan, bukan ragu atas cinta, tapi ragu atas masa pernikahan. Wangsit yang hanya mempunyai sebidang tanah untuk menghidupi ia dan emaknya tentu tak ada uang lebih memikirkan pernikahan. 

Satu hal yang harus ia lakukan jika tak ingin kehilangan Rohana: segera mencari biaya nikah. Bukan hanya anak pak Lurah yang telah melamar Rohana. Sudah lebih empat pemuda yang terang-terangan menemui orangtua Rohana berniat melamar putrinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun