Mohon tunggu...
Miftahul Abrori
Miftahul Abrori Mohon Tunggu... Freelancer - Menjadi petani di sawah kalimat

Writer & Citizen Journalist. Lahir di Grobogan, bekerja di Solo. Email: miftah2015.jitu@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Angsa di Seberang Sungai

16 Januari 2020   18:37 Diperbarui: 16 Januari 2020   18:43 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Lalu kenapa?, dia kuli, kau juga kuli, kuli tinta apa bedanya?"

Beda status pekerjaan bukan menjadi persoalan bagi Sigit. Ia mendambakan seorang kekasih yang bisa mandiri. Toh, diam-diam Sigit mulai jatuh hati kepada Dyah. Ia mendamba seorang pacar lebih tepatnya calon istri. Di usianya yang mulai menapaki usia 30 sudah tak wajar kalau hanya mengenal wanita untuk bersenang-senang. Lalu apakah angsa betina di seberang sungai itu benar-benar menanti dirinya?

Dua bulan berlalu. Setelah cuti lebaran Sigit kelimpungan mencari gadis asal Wonogiri itu. Iseng-iseng ia menanyakan kabar Dyah ke pemilik toko. Gubuh Sigit seketika lunglai mendengar kabar kalau gadis itu kembali ke daerah asalnya dan tak akan kembali bekerja di toko. Hilang sudah impiannya. Hilang sudah angsa berkilau idamannya.

Menjelang dini hari Sigit masih berada di kantor. Baru saja ia mendapat tugas meliput konser musik, yang seharusnya menjadi jatahnya Hendra.

"Apa benar konser musik di GOR semalam kamu yang nulis, Git?". Tanya pak Agung, Pemred Garda Metro.

"Iya, pak"

"Kenapa kamu menyebut konser tersebut sepi dan tak menarik. Editlah tulisanmu sebelum masuk bagian percetakan."

"Kapasitas ribuan kalau hanya diisi kurang lebih dua ratus penonton, bukankah itu sepi pak? Hujan membuat pecinta musik di kota ini memilih diam di rumah ketimbang hujan-hujanan melihat konser."

"Tapi disini jelas-jelas kamu menyebut Event Organizernya. Itu bisa menjatuhkan mereka. EO kalau sudah jatuh susah bangkit lagi."

"Anda lebih tahu, Pak, mana berita yang layak dipublikasikan dan yang tidak."

Sigit tetap keukeh dengah pendiriannya dan tak mau mengedit tulisan. Esok hari ia tersenyum menang ketika membaca tulisannya tidak diubah editor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun