"Bu Soim, kenapa saya tidak diberi Penguji untuk ujian Karya tulis saya," tanya Astria
"Nduk Astria, kamu sudah tidak perlu ujian. Kamu sudah luar biasa
bisa menyelesaikan karya tulis kamu," terang Soimatun.
Astria tetap gigih, "Ibu, toloong jangan memberi dispensasi ke saya. Itu sudah tanggungjawab saya untuk menyelesaikan sampai ujian."
Soimatun tak kuasa menahan air matanya. Dengan kalimat lembut ia berkata, "iya, tapi ibu sudah bisa memberi nilai dengan melihat proses yang kamu lakukan."
"Tolong, Bu. Kalau begitu Ibu bisa menguji saya."
Astria meminta gurunya menguji penelitian saat itu juga. Dengan suara parau dan terbatuk-batuk Astria mempresentasikan penelitian. Meski dengan susah payah mengingat judul dan isi karya tulisnya.
"Kalau lupa, sudahlah jangan dipaksakan," kata Soimatun.
"Bentar, Ibu. Biar saya mengingatnya lagi."
Astria berhasil menyebutkan judul penelitian meski judul yang diucapkan tidak sempurna.
"Alhamdulillah. Bagus kamu sudah ingat judulmu. Hebat," puji Soimatun. Pertanyaan ibu cukup itu saja. Saya sudah yakin bahwa kamu pasti juga akan bisa menjawab semuanya."
"Tapi saya ingin cerita isi karya tulis saya." Astria mampu menyampaikan isi karya tulisnya meski hanya beberapa kalimat.