2. Muhammad Fadhil al-Jamaly: Pendidikan Islam bertujuan mendorong manusia hidup secara dinamis dengan nilai-nilai luhur dan menghasilkan pribadi yang utuh dalam aspek akal, perasaan, dan tindakan.
3. Yusuf al-Qardhawi: Pendidikan Islam mengembangkan semua aspek manusia (akal, hati, jasmani, dan rohani) untuk menghadapi berbagai kondisi kehidupan.
B. Problematika Gender dalam Pendidikan Islam
1. Bias Gender dalam Kurikulum dan Materi Pembelajaran
Kurikulum pendidikan di banyak tempat sering mencerminkan bias gender yang memperkuat stereotip peran laki-laki dan perempuan. Contoh: Buku ajar lebih sering menggambarkan laki-laki dalam peran publik seperti pemimpin atau pekerja, sedangkan perempuan digambarkan dalam peran domestik seperti ibu rumah tangga.
Implikasi: Siswa belajar bahwa peran laki-laki lebih berorientasi pada karier, sedangkan perempuan lebih terfokus pada keluarga. Hal ini membatasi pandangan siswa tentang potensi masing-masing gender.
Kebutuhan: Kurikulum yang netral gender dengan materi yang inklusif dan beragam.
2. Ketimpangan Akses terhadap Pendidikan
Faktor:
Budaya patriarki: Dalam banyak masyarakat tradisional, laki-laki sering diberi prioritas untuk mendapatkan pendidikan formal dibandingkan perempuan.
Keamanan: Orang tua cenderung khawatir akan keselamatan anak perempuan yang harus menempuh jarak jauh untuk bersekolah, sehingga membatasi akses mereka.