Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pilkada Rasa Perang?

27 Oktober 2016   15:01 Diperbarui: 27 Oktober 2016   23:38 1756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Atas permintaan banyak kawan saya supaya nggak usah pake ayat, maka saya hilangkan saja ayatnya)

Siapa orang-orang munafik itu? Tentu saja mereka yang selalu berkata lain di bibir lain di dalam hati. Mereka yang manis dalam bertutur namun jahat dalam bertindak. Mereka yang apa yang diucapkan tidak sejalan dengan apa yang dilakukan.

Bukannya saya membenci orang yang santun loh ya. Hanya saja, berhati-hatilah terhadap segala kemunafikan yang dibungkus tutur kata yang sedap didengar. Gaya Bahasa yang penuh sopan santun artifsial semata. Banyak sekali kemunafikan dibungkus kesantutan. Contohnya kan sudah banyak. Mereka begitu santun di depan layar kaca, penuh kata-kata ‘bijak’, tetapi eh masuk penjara juga karena korupsi.

Seperti yang saya sudah sentil di atas, kita jangan mudah kagum pada sampul luar tanpa pernah melihat isinya dulu. Kita jangan terpaku pada bungkus, lantas kemudian mengabaikan isi. Jangan pernah tertipu oleh apa yang nampak dari luarnya saja. Apalagi dalam dunia politik, Heeemmmm.

Saya teringat ungkapan kocak tentang politik oleh Groucho Marx, dia bilang begini, “Politics is the art of looking for trouble, finding it everywhere, diagnosing it incorrectly and applying the wrong remedies.” Hahaha apakah memang seperti itu? Biarlah politisi kita yang menjawabnya.

Mari, kita tundukkan kepala barang sejenak, lalu renungkanlah dalam-dalam, apakah Anda rela Jakarta hancur ‘hanya’ oleh sekedar permainan politik para politikus demi syahwat berkuasa mereka dengan ‘menghalalkan segala cara’? Kalau saya nggak rela sih. Ayo, sudahi saja perbincangan ini, dan mari kita seruput kopi sore ini sembari menikmati pisang goreng ala tangan masing-masing. Uenak tenan! ---Michael Sendow---

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun