(Atas permintaan banyak kawan saya supaya nggak usah pake ayat, maka saya hilangkan saja ayatnya)
Siapa orang-orang munafik itu? Tentu saja mereka yang selalu berkata lain di bibir lain di dalam hati. Mereka yang manis dalam bertutur namun jahat dalam bertindak. Mereka yang apa yang diucapkan tidak sejalan dengan apa yang dilakukan.
Bukannya saya membenci orang yang santun loh ya. Hanya saja, berhati-hatilah terhadap segala kemunafikan yang dibungkus tutur kata yang sedap didengar. Gaya Bahasa yang penuh sopan santun artifsial semata. Banyak sekali kemunafikan dibungkus kesantutan. Contohnya kan sudah banyak. Mereka begitu santun di depan layar kaca, penuh kata-kata ‘bijak’, tetapi eh masuk penjara juga karena korupsi.
Seperti yang saya sudah sentil di atas, kita jangan mudah kagum pada sampul luar tanpa pernah melihat isinya dulu. Kita jangan terpaku pada bungkus, lantas kemudian mengabaikan isi. Jangan pernah tertipu oleh apa yang nampak dari luarnya saja. Apalagi dalam dunia politik, Heeemmmm.
Saya teringat ungkapan kocak tentang politik oleh Groucho Marx, dia bilang begini, “Politics is the art of looking for trouble, finding it everywhere, diagnosing it incorrectly and applying the wrong remedies.” Hahaha apakah memang seperti itu? Biarlah politisi kita yang menjawabnya.
Mari, kita tundukkan kepala barang sejenak, lalu renungkanlah dalam-dalam, apakah Anda rela Jakarta hancur ‘hanya’ oleh sekedar permainan politik para politikus demi syahwat berkuasa mereka dengan ‘menghalalkan segala cara’? Kalau saya nggak rela sih. Ayo, sudahi saja perbincangan ini, dan mari kita seruput kopi sore ini sembari menikmati pisang goreng ala tangan masing-masing. Uenak tenan! ---Michael Sendow---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H