Mohon tunggu...
Michael David Chan
Michael David Chan Mohon Tunggu... Lainnya - Murid SMA

Halo! Saya Michael, saya seseorang yang periang dan memiliki minat yang luas. Saya sangat tertarik dengan banyak topik dan sauka menyuarakan ide-ide saya. Harapan saya bergabung dengan Kompasiana adalah agar saya dapat membantu banyak orang dalam kehidupan sehari-hari dengan cara memberi mereka pengetahuan baru dan memberi mereka cara pandang baru terhadap suatu situasi. Terimakasih telah mengunjungi profil saya!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ketika Sekolah Katolik Pergi ke Pesantren, Belajar Kesederhanaan di Pesantren Al-Marjan

22 November 2024   00:17 Diperbarui: 22 November 2024   03:56 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun menunya sederhana yakni nasi dengan lauk seperti tempe atau telur, cara mereka menikmati makanan menunjukkan betapa mereka menghargai setiap berkat yang ada. 

Tradisi makan dengan tangan juga menjadi pengalaman baru bagiku. Awalnya terasa kurang higienis, tetapi aku mulai memahami bahwa ini adalah bagian dari budaya yang melambangkan hidup sederhana. Momen makan bersama ini bukan hanya soal makanan, tetapi tentang rasa syukur dan kebersamaan.

Salah satu Kanisian makan dari tampah bersama Santri (Dokumentasi Pribadi) 
Salah satu Kanisian makan dari tampah bersama Santri (Dokumentasi Pribadi) 

Mengajar dan Belajar: Membangun Masa Depan

Hari kedua di Pesantren Al Marjan membawaku ke pengalaman unik lainnya: mengajar siswa kelas 7 dan 8. Aku, bersama dua temanku, Kenneth dan Pedro, membantu mereka mempelajari bahasa Inggris dan matematika. Materi sederhana seperti countable dan uncountable nouns menjadi tantangan tersendiri bagi mereka, tetapi semangat mereka untuk belajar sangat menginspirasiku.

Saya (menggunakan kemeja putih) mengajar para Santri bersama teman saya Pedro (kemeja hitam)
Saya (menggunakan kemeja putih) mengajar para Santri bersama teman saya Pedro (kemeja hitam)

Di kelas 8, aku menyaksikan betapa pentingnya pendidikan yang berkualitas. Kami membantu guru menjelaskan sistem linear dua variabel kepada siswa yang antusias. Saya merasa sedikit miris ketika melihat sebagian dari mereka masih kesulitan melakukan pembagian dan perkalian. 

Pengalaman ini membuatku sadar bahwa pendidikan yang saya dapatkan di Jakarta sangat baik dan saya tidak pernah bersyukur atas kualitas yang saya dapatkan. Saya menjadi sadar bahwa pendidikan adalah kunci untuk membuka lebih banyak peluang bagi para santri-santri ini. Aku merasa terhormat bisa berbagi sedikit pengetahuan, sekaligus belajar banyak dari semangat mereka.

Suku Baduy Luar dan Madu Murni

Pada pertengahan hari kedua di Pesantren Al Marjan, kami mendapat pengalaman yang tak bisa kami lupakan: kunjungan ke desa Suku Baduy Luar. Perjalanan dimulai dengan naik truk bak terbuka, sebuah pengalaman seru karena saya sendiri jarang naik truk bak terbuka di Jakarta. 

Saat kami tiba, suasana terasa ramai karena ada sekolah lain yang juga mengunjung. Tetapi ketika di dalam desa, rasanya santai dan damai sekali. Hanya ada suara anak-anak bermain dan ayam yang berkokok

Dua Kanisian sedang mewawancarai salah satu penduduk desa Baduy Luar (Dokumentasi Pribadi)
Dua Kanisian sedang mewawancarai salah satu penduduk desa Baduy Luar (Dokumentasi Pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun