Mohon tunggu...
Michael David Chan
Michael David Chan Mohon Tunggu... Lainnya - Murid SMA

Halo! Saya Michael, saya seseorang yang periang dan memiliki minat yang luas. Saya sangat tertarik dengan banyak topik dan sauka menyuarakan ide-ide saya. Harapan saya bergabung dengan Kompasiana adalah agar saya dapat membantu banyak orang dalam kehidupan sehari-hari dengan cara memberi mereka pengetahuan baru dan memberi mereka cara pandang baru terhadap suatu situasi. Terimakasih telah mengunjungi profil saya!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ketika Sekolah Katolik Pergi ke Pesantren, Belajar Kesederhanaan di Pesantren Al-Marjan

22 November 2024   00:17 Diperbarui: 22 November 2024   03:56 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di desa Baduy Luar, aku belajar tentang tradisi mereka, termasuk cara mereka menjaga lingkungan tanpa menggunakan teknologi modern. Mereka hidup dengan aturan adat yang melarang penggunaan listrik dan alat modern, tetapi tetap menjalani kehidupan dengan harmoni. Mereka juga ada budaya menenun dan memelihara ayam. Selain itu, aku berkesempatan mencoba madu murni yang dipanen langsung oleh masyarakat Baduy. 

Madu ini memiliki rasa yang unik, manis dengan sedikit rasa pahit di akhir, menunjukkan kealamian dan keasliannya. Mereka juga mengklaim bahwa madu ini memiliki khasiat dimana madunya bisa menyembuhkan berbagai penyakit seperti diabetes dan darah tinggi. Walau sedikit skeptis,  Aku tetap membeli sebotol kecil madu sebagai kenang-kenangan dan bahan memasak sehari-hari.

Kunjungan ini bukan hanya wisata budaya, tetapi juga sebuah pelajaran berharga tentang cara menghargai alam dan tradisi. Desa Baduy Luar meninggalkan kenangan indah bagiku, mengingatkan bahwa keseimbangan antara manusia dan alam adalah sesuatu yang perlu kita pelajari lebih banyak di kehidupan modern ini. Khususnya bagi mereka yang tinggal di kota.

Refleksi: Hikmah dari Kesederhanaan

Pengalaman di Pesantren Al Marjan mengajarkanku untuk lebih menghargai hidup. Para santri yang aku temui hidup dengan gaya hidup yang sangat sederhana, tetapi mereka menjalani hari-hari mereka dengan penuh keikhlasan dan rasa syukur. 

Bahkan mereka rajin sholat dan belajar. Dari kebersamaan di kamar, tradisi makan bersama, hingga semangat belajar yang luar biasa, aku melihat betapa banyak yang bisa saya pelajari dari mereka.

Aku merasa lebih bersyukur atas kenyamanan yang kumiliki di rumah. Perjalanan ini bukan hanya sekadar syarat kelulusan, tetapi juga pelajaran berharga tentang bagaimana menghargai apa yang kita miliki dan berbagi dengan mereka yang membutuhkan. Terimakasih Pondok Pesantren Al-Marjan sudah menerima kami dengan sangat baik!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun