Mohon tunggu...
Michael David Chan
Michael David Chan Mohon Tunggu... Lainnya - Murid SMA

Halo! Saya Michael, saya seseorang yang periang dan memiliki minat yang luas. Saya sangat tertarik dengan banyak topik dan sauka menyuarakan ide-ide saya. Harapan saya bergabung dengan Kompasiana adalah agar saya dapat membantu banyak orang dalam kehidupan sehari-hari dengan cara memberi mereka pengetahuan baru dan memberi mereka cara pandang baru terhadap suatu situasi. Terimakasih telah mengunjungi profil saya!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ketika Sekolah Katolik Pergi ke Pesantren, Belajar Kesederhanaan di Pesantren Al-Marjan

22 November 2024   00:17 Diperbarui: 22 November 2024   03:56 969
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para Kanisian di Pesantren Al Marjan (Dokumentasi Pribadi)

Terkadang, kita sebagai orang kota tidak menyadari betapa enaknya hidup kita. Bahkan sebagian dari kita tidak memikirkan hal-hal sepele seperti air dan makanan, pokoknya pasti ada dan mudah didapatkan. Lagi laper? Pesan saja melalui handphone. Bosan? Buka saja medsos di handphone kita. 

Tetapi perjalanan saya dan teman teman saya ke Pesantren Al Marjan di Lebak, Banten, menjadi momen refleksi yang mengubah caraku melihat hidup.

Pada akhir Oktober 2024, aku bersama teman-temanku dari Kolese Kanisius memulai ekskursi yang merupakan kegiatan wajib. Kami dengan gaya hidup kelas menengah ke atas, untuk beberapa hari hidup sederhana bersama para santri di pesantren Al Marjan di Lebak, Banten. 

Saya merasa antusias karena saya bisa mempelajari dan mendalami budaya baru. Walaupun sebelumnya saya sudah pernah ada acara retret atau live in, yang ini terasa berbeda karena di sebuah pesantren.

Para Kanisian di Aula Al-Marjan (Dokumentasi Pribadi)
Para Kanisian di Aula Al-Marjan (Dokumentasi Pribadi)

Tidur Sederhana, Kebersamaan yang Luar Biasa

Setibanya di pesantren, kami ditempatkan di sebuah kamar sederhana yang harus kami tempati ber-20 orang. Tidak ada kasur atau AC, hanya lantai keras dan karpet tipis yang menjadi alas tidur kami. Jujur saja, saya sebagai anak kota yang selalu tidur di matras tidak terbiasa dengan rasa ini, tetapi saya tetap merasa nyaman dan senang karena dapat tidur ber-20 bersama teman-teman saya. 

Apa yang awalnya terasa seperti tantangan, justru menjadi pengalaman yang mempererat kebersamaan. Di sana, kami melakukan obrolan santai, bercanda, dan cerita sebelum tidur sehingga, membuat suasana kamar menjadi riang, meski tanpa fasilitas mewah. Pengalaman ini unik bagi saya karena untuk pertama kalinya, saya tidur di lantai, dan yang lebih aneh adalah saya bisa tidur pulas walaupun saya tidak pernah tidur di lantai yang keras.

Makan Bersama, Merajut Keakraban

Di pesantren, kami diajak makan bersama dengan para santri menggunakan tampah rotan besar sebagai wadah makanan. Tradisi ini mengajarkan kebersamaan yang erat di antara para santri dan sudah menjadi hal yang biasa bagi mereka. Para santri-santri di situ bahkan sudah terbiasa makan sambil jongkok. 

Meskipun menunya sederhana yakni nasi dengan lauk seperti tempe atau telur, cara mereka menikmati makanan menunjukkan betapa mereka menghargai setiap berkat yang ada. 

Tradisi makan dengan tangan juga menjadi pengalaman baru bagiku. Awalnya terasa kurang higienis, tetapi aku mulai memahami bahwa ini adalah bagian dari budaya yang melambangkan hidup sederhana. Momen makan bersama ini bukan hanya soal makanan, tetapi tentang rasa syukur dan kebersamaan.

Salah satu Kanisian makan dari tampah bersama Santri (Dokumentasi Pribadi) 
Salah satu Kanisian makan dari tampah bersama Santri (Dokumentasi Pribadi) 

Mengajar dan Belajar: Membangun Masa Depan

Hari kedua di Pesantren Al Marjan membawaku ke pengalaman unik lainnya: mengajar siswa kelas 7 dan 8. Aku, bersama dua temanku, Kenneth dan Pedro, membantu mereka mempelajari bahasa Inggris dan matematika. Materi sederhana seperti countable dan uncountable nouns menjadi tantangan tersendiri bagi mereka, tetapi semangat mereka untuk belajar sangat menginspirasiku.

Saya (menggunakan kemeja putih) mengajar para Santri bersama teman saya Pedro (kemeja hitam)
Saya (menggunakan kemeja putih) mengajar para Santri bersama teman saya Pedro (kemeja hitam)

Di kelas 8, aku menyaksikan betapa pentingnya pendidikan yang berkualitas. Kami membantu guru menjelaskan sistem linear dua variabel kepada siswa yang antusias. Saya merasa sedikit miris ketika melihat sebagian dari mereka masih kesulitan melakukan pembagian dan perkalian. 

Pengalaman ini membuatku sadar bahwa pendidikan yang saya dapatkan di Jakarta sangat baik dan saya tidak pernah bersyukur atas kualitas yang saya dapatkan. Saya menjadi sadar bahwa pendidikan adalah kunci untuk membuka lebih banyak peluang bagi para santri-santri ini. Aku merasa terhormat bisa berbagi sedikit pengetahuan, sekaligus belajar banyak dari semangat mereka.

Suku Baduy Luar dan Madu Murni

Pada pertengahan hari kedua di Pesantren Al Marjan, kami mendapat pengalaman yang tak bisa kami lupakan: kunjungan ke desa Suku Baduy Luar. Perjalanan dimulai dengan naik truk bak terbuka, sebuah pengalaman seru karena saya sendiri jarang naik truk bak terbuka di Jakarta. 

Saat kami tiba, suasana terasa ramai karena ada sekolah lain yang juga mengunjung. Tetapi ketika di dalam desa, rasanya santai dan damai sekali. Hanya ada suara anak-anak bermain dan ayam yang berkokok

Dua Kanisian sedang mewawancarai salah satu penduduk desa Baduy Luar (Dokumentasi Pribadi)
Dua Kanisian sedang mewawancarai salah satu penduduk desa Baduy Luar (Dokumentasi Pribadi)

Di desa Baduy Luar, aku belajar tentang tradisi mereka, termasuk cara mereka menjaga lingkungan tanpa menggunakan teknologi modern. Mereka hidup dengan aturan adat yang melarang penggunaan listrik dan alat modern, tetapi tetap menjalani kehidupan dengan harmoni. Mereka juga ada budaya menenun dan memelihara ayam. Selain itu, aku berkesempatan mencoba madu murni yang dipanen langsung oleh masyarakat Baduy. 

Madu ini memiliki rasa yang unik, manis dengan sedikit rasa pahit di akhir, menunjukkan kealamian dan keasliannya. Mereka juga mengklaim bahwa madu ini memiliki khasiat dimana madunya bisa menyembuhkan berbagai penyakit seperti diabetes dan darah tinggi. Walau sedikit skeptis,  Aku tetap membeli sebotol kecil madu sebagai kenang-kenangan dan bahan memasak sehari-hari.

Kunjungan ini bukan hanya wisata budaya, tetapi juga sebuah pelajaran berharga tentang cara menghargai alam dan tradisi. Desa Baduy Luar meninggalkan kenangan indah bagiku, mengingatkan bahwa keseimbangan antara manusia dan alam adalah sesuatu yang perlu kita pelajari lebih banyak di kehidupan modern ini. Khususnya bagi mereka yang tinggal di kota.

Refleksi: Hikmah dari Kesederhanaan

Pengalaman di Pesantren Al Marjan mengajarkanku untuk lebih menghargai hidup. Para santri yang aku temui hidup dengan gaya hidup yang sangat sederhana, tetapi mereka menjalani hari-hari mereka dengan penuh keikhlasan dan rasa syukur. 

Bahkan mereka rajin sholat dan belajar. Dari kebersamaan di kamar, tradisi makan bersama, hingga semangat belajar yang luar biasa, aku melihat betapa banyak yang bisa saya pelajari dari mereka.

Aku merasa lebih bersyukur atas kenyamanan yang kumiliki di rumah. Perjalanan ini bukan hanya sekadar syarat kelulusan, tetapi juga pelajaran berharga tentang bagaimana menghargai apa yang kita miliki dan berbagi dengan mereka yang membutuhkan. Terimakasih Pondok Pesantren Al-Marjan sudah menerima kami dengan sangat baik!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun