Mohon tunggu...
Michaela Irak Wutun
Michaela Irak Wutun Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Perkenalkan saya Michaela Dina Marialis Irak Wutun, disini saya membuat akun ini untuk mengupload tugas Bahasa Indonesia saya.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Penatalaksanaan Fisioterapi pada Frozen Shoulder Sinistra Terkait Hiperintensitas Labrum Posterior Superior

25 Januari 2023   23:08 Diperbarui: 25 Januari 2023   23:13 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Penatalaksanaan Fisioterapi pada Frozen Shoulder Sinistra Terkait Hiperintensitas Labrum Posterior Superior di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto

Mata Kuliah: Bahasa Indonesia

DISUSUN OLEH

MICHAELA DINA MARIALIS IRAK WUTUN  (2110301079)

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTASILMU KESEHATAN UNIVERSITAS 'AISYIYAH YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2021/2022

BAB 1

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang

Anggota gerak atas memiliki keterlibatan yang sangat tinggi dalam semua aktivitas. Tangan dan lengan sebagai peran utama, sehingga bila ada gangguan tentu akan mengganggu mobilitas dan kegiatan manusia. Kegiatan dasar berupa gerak adalah kebutuhan dan tuntutan manusia terutama dalam era globalisasi seperti sekarang. Seluruh aktivitas yang dilakukan sehari-hari banyak bergantung terutama pada fungsi anggota gerak atas.

American Shoulder dan Elbow Surgeins mendefinisikan frozen shoulder sebagai londisi etiologi yang ditandai dengan keterbatasan gerak yang signifikan dari gerak aktif dan pasif bahu yang terjadi karena kerusakan jaringan dalam. Frozen shoulder merupakan suatu kondisi dimana gerakan bahu menjadi terbatas. Frozen shoulder memiliki ringkatan keparahan yang bervariasi mulai dari nyeri ringan sampai berat dan tingkatan keterbatasan seberapa besar terhadap gerakan sendi glenuhumeral. Frozen shoulder menyerang 2% dari populasi antara usia 40-60 tahun dan perbandingan jumlah kasus pada wanita lebih banyak.

Untuk mengurangi dan membantu penanganan masalah tersebut dibutuhkan peran fisioterapi sebagai tenaga medis. Berdasarkan PERMENKES RI NO 80 Tahun 2013 definisi fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditunjukan pada individu atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan atau fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dan menggunakan penanganan secara manusal, peningkatan gerak, peralatan (fisik, electroterapeutis, dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi. Electro terapi yang digunakan pada kasus frozen shoulder berupa Infra Red Radiation, Ultra Sound, TENS. Untuk penatalaksaan selanjutnya dengan stretching, manipulasi, dan terapi latihan codman pendulum.

  • Rumusan Masalah

1. Menjelaskan anatomi dan Fisiologi Bahu

2. Apa saja etiologi dan patofisiologinya?

3. Apa saja pemeriksaan/assesmentnya?

4. Apa saja intervensi yang akan diberikan?

  • Tujuan Studi

Saya memilih judul ini berharap agar para pembaca dapat memahami:

1. Materi mengenai Frozen Shoulder

2. Etiologi dan patofisiologi dari Frozen Shoulder

3. Salah satunya untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia

BAB 2

PEMBAHASAN

  • Anatomi dan Fisiologi Bahu

Anatomi bahu terdiri dari tulang, sendi, ligamen, jaringan otot, dan biomeknik. Tulang scapula berbentuk pipih yang terletak pada aspek dorsal thoraks dan mempunyai tiga proyeksi menonjol ke tulang belakang, akromion, dan coracoid. Scapula sebagai tempat melekat otot yang berfungsi menggerakakkan bahu secara kompleks. Empat otot rotator cuff yang berorigo pada scapula. Otot-otot tersebut adalah supraspinatus, infraspinatus, teres minor, dan subscapularis.

a. Clavicula: tulang berbentuk "S" yang terhubung dengan scapula pada sisi lateral dan manubrium pada sisi medial. Menahan scapula untuk mencegah tulang humerus bergeser berlebih.

b. Humerus: terdiri dari caput humeri yang membuat persendian dengan rongga glenoidalis scapula. Terdapat tuberositas mayor bagian luar dan tuberositas minor bagian dalam. Diantara kedua tuberositas terdapat sulcus intertubercularis. Pada os humerus terdapat tuberositas deltoid sebagai tempat melekatnya inseriso otot deltoid. Pada bagian distal humerus terdapat epikondilus lateral dan medial.

c. Sendi Sternoclavicular merupakan sendi sinovial yang menghubungkan ujung media clavicula dengan sternum dan tulang rusuk pertama. Sendi ini memiliki fungsi dalam membantu pergerakan gelang bahu.

d. Sendi Cromioclavicular menghubungkan scapula dan clavicula. Permukaan dari sendi clavicularis merupakan cekung yang terletak di acromoin.

e. Sendi glenohumeral, jenis sendi ball and socket dimana caput humeri yang berbentuk seperti bola bersendi dengan cavitas glenoidalis yang merupakan bagian dari os scapula. Sendi ini merupakan mobile, namun salah satu sendi yang kurang stabil.

f. Ligamen glenohumeral, memperkuat bagian anterior dari kapsul. Bukan merupakan fungsi ligamen yang baik tapi merupakan lipit lipatan dari kapsul.

g. Coracohumeral ligamen, menempel dari sisi lateral prosesus coracoid dan mencakup teberkulum mayor. Memperkuat bagian atas kapsul sendi.

h. Glenoid labrum adalah sebuah cincin yang tersusun dari jaringan fibrosa yang padat. Kedalamnnya rata-rata 2,5 mm, tapi labrum dapat menambah kedalamn rongga artikular.

i. M. Pectoralis Major yang berfungsi untuk fleksi shoulder 60, adduksi bahu dan rotasi internal humerus.

j. Levator scapula yang berfungsi untuk medial rotasi.

k. M. Deltoideus yang berfungsi untuk:  Anterior: fleksi, abduksi, rotasi humerus sedangkan medial: abduksi humerus dan posterior: ekstensi, abduksi, rotasi eksternal humerus.

l. M. Seratus Anterior yang berfungsi untuk protaksi dan upward scapula.

Fisiologi Bahu

Ketidakstabilan bahu sering meyebabkan cedera karena pada glenohumeral caput humerus berertikulasi dengan glenoid relatif datar. Maka gerakan bahu harus memperhatikan posisi caput humerus terhadapt glenoid. Stabilisasi dinamis dari rotator cuff yaitu m. Supraspinatus, m. Infraspinatus, m. Teres minor, m. Subscapularis sebagai kontral posisi untuk menjaga perpindahan terlebih caput humerus.

  • Etiologi dan Patofisiologi

Etiologi:

1. Usia: kebanyakan kasus terjadi pada pasien dengan usia 40-60 tahun.

2. Diabetes melitus: pasien dengan riwayat diabetes melitus memiliki resiko lebih besar mengalami keterbatasan dalam sendi, tidak hanya di bahu tapi pada sendi lainnya. Penggunaan insulin juga memperbesar resiko kekakuan sendi.

3. Operasi: kekakuan juga terjadi pasca operasi.

4. Penyakit diskus cervical degeneratif pada C5-C6 dan C6-C7 menjadi faktor umum kekauan bahu. Pasien dengan radikuopati cervicl dan sakit bahu mengalami kecendrungan kekauan bahu.

5. Gangguan Tyroid: kondisi hipertiroid atau hipotiroid sering menyebabkan kondisi frozen shoulder bilateral.

6. Gangguan Paru: frozen shoulder juga sering terjadi pada pasien emfisem dan bronkitis kronis, tetapi hal tersebut tidak berkorelasi dengan keparahan atau durasu penyakit.

7. Gangguan Neoplastik: karsinoma bronkogenik dan tumor pada paru-paru dapat menyebabkan frozen shoulder.

8. Kondisi Neurologis: insiden forzen shoulder pada pasien parkonson secara signifikan lebih tinggi. Pasien dengan hemiplegi mengeluhkan nyeri pada bahu dan rentan mengalami kekakuan sendi habu, sindrom tangan dan bahu banyak terjadi pada pasien stroke.

9. Genetika: keturunan berpengaruh lebih dari 40% pada kasus frozen shoulder, namun tidak ditemukan gen tertentu yang telah diidentifikasikan.

Patofisiologi:

Pada frozen shoulder patofisiologinya terjadi kekakuan pada capsul sendinya, dimana bila terjadi gangguan pada kapsul sendinya maka keterbatasan gerak yang terjadi adalah pola kapsuler. Pola kapsuler pada bahu adalah external rotasi lebih terbatas daripada abduksi lebih terbatas daripada internal rotasi. Salah satu gerakan yang terhambat adalah abduksi shoulder dimana pada gerakan abduksi tersebut terjadi gerakan arthrokinematik berupa translasi ke kaudal. Perubahan patologi tersebut dikarenakan rusaknya jaringan lokal berupa inflamasi pada membran sinovial dan kapsul sendi glenohumeral yang membuat formasi adhesive sehingga menyebabkan perllengketan pada kapsul sendi glenohumeral. Capsulitis adhesiva memiliki tiga fase:

a. Fase freezing: terjadi selama 2-9 bulan yaitu nyeri pada bahu yang memburuk pada malam hari dan semakin bertambahnya kekakuan otot sehingga menyebabkan kehilangan fungsi gerak bahu.

b. Fase frozen: selama 4-12 bulan yang menyebabkan kesulitan dalam beraktivitas namun sakit mulai menurun walaupun masih terdapat kekuan otot.

c. Fase thawing: masa pemulihan pada 2-24 bulan dimana fungsi bahu kembali atau mendekati normal.

  • Pemeriksaan/Assesment

Assesment merupakan poses pengumpulan data baik pribadi maupun data pemeriksaan pasien yang kemudian menjadi dasar dari penyusunan program terapi dan tujuan terapi yang disesuaikan dengan kondisi pasien serta lingkungan sekitar pasien. 

Anamnesis;

Pemeriksaan

1. Pemeriksaan umum

Cara datang mandiri atau tidaknya saat pasien datang untuk terapi serta pola jalan pasien.

Kesadaran: tingkat respon seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan.

Kooperatif/tidak kooperatif: penilaian yang dilakukan melalui pemahaman pasien mengenai pertanyaan yang diajukan.

Tensi atau tekanan darah: tekanan pada pembuluh nadi dari peredaran darah sistemik didalam tubuh manusia.

Nadi: mengetahui denyut nadi dengan meraba arteri pada saat jantung memompa darah. Kecepatan denyut nadi berbeda-beda setiap individu. Pada orang dewasa rata-rata 72 kali permenit.

Respiratory rate: kecepatan pernapasan diukur pada saat satu kali periode inspirasi dan ekspirasi. Kecepatan normal pernapasan tiap menit pada orang dewasa yaitu 12-20 kali/menit.

Status gizi: penggolongan ukuran berat badan terhadap tinggi badan menggunakan IMT (indeks masa tubuh).

Suhu: pemeriksaan suhu badan bisa menggunakan punggung tangan. Temperature normal orang dewasa ada pada kisaran 36,5C-37,5C.

2. Pemeriksaan Khusus

Inspeksi; suatu penilaian fisioterapi terhadap pasien dengan observasi visual seperti, postur dan aligment, deformitas,kontur tubuh, kontur jaringan lunak, kesimetrisan tubuh, warna dan tekstur kulit, luka atau tanda-tanda cedera, tanda radang, ekspresi, serta pola gerakan abnormal.

Palpasi; pemeriksaan yang dilakukan dengan perabaan dan penekanan di beberapa bagian tubuh dengan menggunakan jari dan lengan untuk mendeteksi suhu tubuh, pergerakan, getaran, bentuk, ukuran rasa nyeri tekan, dan kelainan jaringan atau organ tubuh.

Gerak (Move); pemeriksaan gerak dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu active movement, passive movement, serta active ressisted movement.

VAS (visual Analog Scale); skala yang digunakan untuk menentukan tingkatan nyeri. Pasien diminta mendeskripsikan rasa sakitnya dengan menentukan nilai dari 1-10.

MMT (Manual Muscle Test); derajat dari MMT dinilai dalam angka 0-5. Derajat yang diberikan menggabungkan antara faktor subjeltif dan objektif.

Range Of motion (ROM); pemeriksaan dasar untuk menilai pergerakan dan mengidentifikasikan masalah gerak untuk intervensi. Pengukuran ROM dilakukan dengan gonio untuk menilai ROM dalam derajar.

3. Tes khusus:

Speed test: mengetahui patologi dari long head tendon bicep brachii.

Posisi pasien berdiri dengan shoulder pada posisi netral, elbow ekstensi dan wrist supinasi.

Posisi terapi disamping pasien dan intruksikan pasien untuk fleksi shoulder 90 kemudian berikan tahanan pada wrist di akhir gerakan. Hasil positif apabila timbul nyeri pada area bicipital groove dari humerus. 

Yergason test: mengetahui payologi dari long head tendon biceps brichii.

Posisi pasien beridiri dengan shoulder pada posisi netral, elbow ektensi, dan wrist pronasi.

Posisi terapis berada di depan pasien. Instruksikan pasien untuk melakukan gerakan supunasi dan berikan tahanan. Hasil positif apabila terdapat nyeri pada area bicipital groove dari humerus.

Yocum test: untuk mengetahui adanya impingmen pada rotator cuff.

Posisi pasien: duduk dengan tangan memegang pundak satunya.

Posisi terapis: berdiri didepan pasien lalu menyangga dan mengangkat siku pasien semaksimal mungkin kearah kaudal. Hasil positif apabila timbul rasa nyeri di area subacromial pada shoulder.

  • Intervensi

Infra Red:

Dosis: 2 kali per minggu dengan jarak antar lampu dan area terapi 35-42 cm dengan waktu 15 menit.

Tujuan: untuk melancarkan sirkulasi ke shoulder dan rileksasi otot.

Ultra Sound

Dosis: 2 kali per minggu dengan intensitas 1,2uW/cm serta waktunya 10 menit.

Tujuan: untuk membuaut regenerasi jaringan.

TENS

Dosis: 2 kali per minggu dengan intensitas 28mA serta waktu 15 mneit.

Tujuan: untuk mengurangi nyeri.

Terapi Manipulasi (massage m.deltoid dan m.upper trapezius)

Dosis: 2 kali per minggu dengan 8 kali repitisi selama 5 menit.

Tujuan: untuk mengurangi spasme.

Terapi manupulasi (traksi-osilasi shoulder)

Dosis: 2 kali per minggu dengan 8 kali repitisi selama 5 menit.

Tujuan: untuk meningkatkan ROM shoulder.

Terapi latihan (free active dan pasif ROM)

Dosis: 2 kali per minggu dengan 8 kali repitisi selama 5 menit.

Tujuan: untuk memelihara dan meningkatkan ROM shoulder.

Terapi latihan (aktif stretching codman pendulum)

Dosis: 2 kali per minggu dengan 8 repitisi selama 5 menit.

Tujuan: untuk memelihara dan meningkatkan ROM shoulder.

Home program

1. Pasien diminta melakukan kompres hangat 15 menit pada bahu yang sakit untuk mengurangi nyeri yang timbul.

2. Pasien dianjurkan agar tetap menggunakan lengannya dalam batas toleransi pasien untuk menghindari posisi immobilisasi yang lama yang dapat memperburuk kondisi pasien.

3. Latihan sesuai dengan metode codman pendulum ecercise dirumah dengan bebasn minimal dan dapat bertambah secara bertahap.

4. Menghindari posisi menetap yang lama yang dapat memicu rasa nyeri.

5. Menghindari mengangkat beban berat.

BAB 3

PENUTUP

Kesimpulan

Frozen shulder merupakan suatu kondisi dimana gerakan bahu menjadi terbatas. Tingkat keparahan bervariasi mulali dari nyeri ringan sampai nyeri berat atau seberapa besar keterbatsan lingkup gerak sendi. Frozen shoulder menyebabkan kapsul yang ,e,bungkus sendi bahu menjadi mengkerut dan terbentuk jaringan perut sehingga menyebabkan nyeri dan kekauan pada sendi bahu sehingga akan memengaruhi gerakan bahu dan sulit digerakan.

Problem fisioterapi pada kasus frozen shoulder yaitu nyeri, keterbatasan ROM pada sendi bahu, spasme otot, serta gangguan aktivitas fungsional. Intervensi yang diberikan berupa modlaitas IR, US, TENS, terapi manipulasi berupa massage dan traksi, serta terapi latihan ROM exercise, aktif stretching, codman oendulur. Dari hasil evaluasi yang didapat pasien mengalami kenaikan serta penurunan grafik VAS, ROM gerak shoulder dan spasme m. Upper trapezius sinistra.

Referensi

Suharti, A., Sunandi, R., & Abdullah, F. (2018). Penatalaksanaan Fisioterapi pada Frozen Shoulder Sinistra Terkait Hiperintensitas Labrum Posterior Superior di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto. Jurnal Vokasi Indonesia, 6(1).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun