"Terasa damai, ya?"
Suara dari arah belakang itu mengejutkanku. Aku mendongak secara spontan, dia berdiri tepat di sana. Menopangkan diri pada kursi yang kududuki sambil tersenyum menatapku. Dia bergerak dari posisinya, berpindah, mengambil posisi di kursi sebelahku. Aku tak bisa melepaskan pandanganku darinya.
"Oh iya, apakah tadi yang kamu lakukan itu semacam sihir?" Tanyanya, sambil menatap telapak tanganya sendiri. Dia bermain-main menirukan gerakkan tanganku. Tunggu dulu! Apakah dia...
"Kamu melihatnya?"
"Iya." Dia menjawabnya dengan suara yang terdengar tenang, seolah itu bukan apa-apa.
"Semuanya?" Tanyaku.
Aku harus memastikannya. Biasa saja dia hanya datang untuk menggertakku. Tidak ada yang bisa melihat rahasiaku tadi, atau lebih tepatnya tidak boleh ada yang mengetahuinya.
"Se-mu-a-nya... Cahayanya benar-benar indah."
"Bagaimana bisa?" Tanyaku, lagi.
"Aku melihatnya begitu saja. Memangnya kenapa? Apakah seharusnya aku tidak melihatnya? Sebentar... apakah ini rahasia? Wahh... ini sangat menarik." Dia tersenyum lebar, terlihat begitu puas dengan kesimpulan yang Ia dapatkan dari reaksiku.
"Jadi... siapa kamu sebenarnya? Ah, atau kebih cocok jika aku tanya kamu itu apa?" Matanya yang bulat itu mengerjap-ngerjap menatapku.