Helai demi helai kelopak mengembun rindu
Desah sinar mengkilau derai terpendam
Menggelayut manja dalam poles senyum beradu
Tepat seminggu Mia berjalan pulang pergi dari rumah ke sekolah pada malam hari, berharap bertemu dengan sang penolong berwajah terindah. Tepat sama seperti malam minggu lalu. Suasana malam ini juga mirip. Bau masakan, semerbak parfum murahan yang menyesakkan, hingar bingar musik dan kendaraan, semua nyaris sama. Bahkan pusing kepalanya. Dan tangan yang menangkapnya—
“Mengapa kamu ke sini?”
Suara berat, rendah dan dalam yang selalu hadir dalam mimpinya seminggu ini.
Mia menoleh dan melihat wajah yang takkan dilupakannya. Warna terindah. Keagungan. Ketulusan. Kekuatan. Dan....rendah diri?
“Aku lupa jalan pulang,” katanya berbohong.
“Di mana alamat rumahmu?” tanya suara yang paling menentramkan di seantero jagat Mia.
Mia menyebutkan alamatnya.