Mohon tunggu...
Mia Diandry
Mia Diandry Mohon Tunggu... Pekerja Keras -

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا ( التحريم Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

(KolaborasiRTC) Beliak Cahaya dalam Gulità

12 April 2016   05:05 Diperbarui: 15 April 2016   16:11 2265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Koleksi pribadi"][/caption]

Mia masih terjaga meski telah lewat tengah malam. Sunyi. Tak ada suara lain kecuali geraman lemari pendingin di ruang makan dan suara dengkur halus ibu di kamar sebelah. Bapak masih seminggu lagi pulang dari ‘tur’, kata rahasia antara ia dan Bapak  yang bekerja sebagai supir truk pengangkut kargo perusahaan ekspedisi yang harus mengantar muatan sampai ke seberang pulau.

Masih terngiang pertengkaran barusan tadi dengan ibu. Sudah seminggu ini Mia selalu pergi keluar setelah makan malam. Tentu saja ibu khawatir. Anak gadis satu-satunya kelayapan sendirian malam-malam. Buta lagi!

Tentu saja ibu tak tahu, atau tak mau mendengar, bahwa meskipun kornea matanya berubah menjadi abu-abu muda sejak dirinya diserang demam panas tinggi sewaktu batita dulu, Mia tetap dapat melihat. Memang yang dilihat Mia berbeda dengan penglihatan manusia dengan mata normal. Mia juga sudah lupa ‘melihat dengan mata normal’ itu seperti apa.

Kalau saja ia tahu cerita komik tentang pengacara buta yang menjadi pahlawan bertopeng pembela kebenaran bernama Dare Devil, maka mungkin ia bisa menjelaskan  tentang kemampuan melihatnya, meskipun buta.  Ia mampu melihat ‘emosi’ makhluk hidup yang berada di depannya, manusia, hewan ataupun tumbuhan. Hanya saja karena ia tak mengenal nama warna, ia tak bisa menjelaskan bahwa jika seseorang sedang bersedih, sensor tanpa nama yang ia miliki akan memunculkan warna biru laut. Seekor kucing yang terinjak akan memancarkan warna kuning kemerahan. Rumput yang nyaris mati kering akan tampak seperti helai coklat pudar. Mia bukan melihat cahaya, karena itu ia tak bisa mengetahui rupanya sendiri yang cantik meski berdiri di muka cermin dalam cahaya terang benderang. Oh ya, ia tahu ada kaca di depannya karena indra yang belum diketahui jenisnya itu juga memantulkan logam, seperti silikon yang ada pada cermin.

 

Gelap menghitam menindih kelam

Kala lensa mengelabui sendu

Menyamar raga dibuai malam

Menggulung bibir dalam ringkih syahdu

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun