Ibumu yang amat mencintaimu.
Tanganku bergetar. Pipiku dibasahi tetesan air mata. Aku yakin sekali bahwa surat ini ditulis oleh wanita yang membunuh anaknya itu. Aku pun langsung menangis.
***
Aku tahu, ibu ini mencintai anaknya namun menempuh jalan cinta yang salah. Sungguh seorang ibu bodoh yang sangat mencintai anaknya. Dia tak tahu, bagaimana anaknya itu bisa belajar dari penderitaan. Dia tidak tahu, bagaimana anaknya itu bisa menemukan kesenangan ketika ia memberinya hidup. Dia tak tahu, bagaimana pun anaknya itu tetap memiliki kemungkinan untuk bisa hidup menjadi lebih baik.
Sambil bersimpuh kupejamkan mata dan berkata: “Maafkan aku, bu. Aku telah membencimu. Aku telah berburuk sangka terhadapmu. Engkau ibu yang baik, sama seperti ibu lainnya. Tapi ibu lupa satu hal, bahwa Tuhan lebih mencintai anakmu. Tuhan Yang Maha Pengasih lebih mengetahui apa yang terbaik untuk hambanya. Semoga Tuhan dapat menempatkan ibu bersama anakmu. Amin…”
Nb. Cerita ini dibuat karena logika saya masih belum dapat menerima ada ibu yang jahat kepada anaknya. Pasti ada suatu alasan dimana beliau melakukan itu untuk kebaikan anaknya... Entah benar atau salah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H