Mohon tunggu...
Mhd Haikal
Mhd Haikal Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Suka sekali membaca :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ibu yang Membunuh Anaknya

24 Oktober 2013   15:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:05 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Apakah ibu tau dimana wanita itu tinggal, saya ingin tau di tempat seperti apakah manusia paling bejat itu tinggal.” Aku bertanya kepada ibu penjaga warung tersebut.

“Jalan aja terus, pertigaan kedua, belok ke kanan. Tak jauh dari situ, ada rumah tua bercat putih dengan pohon nangka di depan rumah, itulah rumah neneknya.”

Aku berjalan mengikuti petunjuk yang diberikan oleh ibu penjaga warung itu. Dan kini aku berdiri tidak jauh dari rumah Nenak wanita yang telah membunuh anak itu. Rumah itu menguarkan aroma duka dan senyap.

Aku melangkahkan kaki, menelusuri tanah pekarangan rumah itu. Di tempat yang kata orang-orang kampung, wanita itu ingin menguburkan anaknya, aku terhenti karena melihat sebuah amplop berwarna merah jambu yang sepertinya ada tulisannya. Aku pun memungut amplot itu dan membaca tulisan ‘Anakku Tercinta”. Hawa dingin langsung mejalar di sekujur tubuhku. Aku membuka aplop itu dan membaca setiap deret kata yang tertulis di lembaran kertas itu.

Anakku tersayang, maafkan ibu nak, Ibu harus membunuhmu…

Itulah kalimat pertama yang tertulis dalam surat tersebut. Apakah surat ini milik wanita yang membunuh anaknya itu? Saya bertanya dalam hati. Apapun itu, kalimat itu membuat saya ingin meneruskan untuk membaca surat itu sampai habis.

Anakku tersayang, enggaulah pujaan hatiku, kau lebih berharga dari diriku, jiwaku dan kehidupanku. Pujaan hatiku, semoga kau dapat hidup kembali dan berbahagia di syurga selama. Anakku tersayang semoga Tuhan dapat dapat menyambutmu dengan senyuman yang penuh iba, dan membuatmu mudah untuk mencapai jalan menuju syurga. Engkau masih suci nak, jauh dari berbagai dosa. Kau pasti masuk syurga.

Anakku tersayang, maafkan ibu nak kalau ibu tak bisa menemanimu di syurga nanti. Karena ibumu ini pasti masuk neraka. Ibu tau itu, karena ibu telah membunuhmu. Tapi, tolong maafkan ibu nak, tolong jangan benci ibumu. Biarlah ibumu di neraka, sehingga kau dapat menikmati hidup bahagia selamanya bersama para penghuni syurga yang lain.

Anakku tersayang, terima kasih atas kehadiranmu yang telah menerangi kehidupanku. Betapa bahagianya diriku ini ketika pertama kali melihatmu. Kau begitu cantik, suci, dan lembut. Tatapanmu mengobati semua rasa sakit yang ibu rasakan ketika melahirkanmu. Tangisanmu begitu menggetarkan hati ini dan membuat ibu ingin terus memelukmu. Melindungimu dari selaga kenistaan.

Anakku tersayang, kehidupan ini begitu menyakitkan. Sangat menyakitkan. Ibu tidak ingin kau menderita seperti diriku. Ibu tidak ingin engkau tenggelam dalam kenistaan. Keberadaanmu sungguh telah menerangi kehidupanku. tetapi ini tidak adil, kalau kau harus berkorban untuk menjalani kehidupan yang begitu menyakitkan hanya demi ibumu ini. Saya tidak rela membiarkanmu hidup tersiksa. Tidurlah dengan damai nak. Damai selamanya…

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun