Mohon tunggu...
MEIRISMAN HALAWA
MEIRISMAN HALAWA Mohon Tunggu... Guru - H sofona osara

Lahir di Gunungsitoli, 18 Mei 1979

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah yang lain

1 November 2024   09:49 Diperbarui: 1 November 2024   09:55 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KISAH YANG LAIN

(Cerpen M. Risman Halawa)

"Bagaimana, Dokter........... ?"

Baca juga: Laowomaru

Dokter Ellen tidak menjawab segera. Tubuh di depannya terbujur kaku dengar masker oksigen portabel di hidungnya. Di bagian dada, tepatnya di bawah jantung, sebuah luka bekas tusukan masih mengalirkan darah segar. Seorang jururawat tanpa henti melap darah yang mengalir dengan kain kasa sambil berusaha menahan aliran darah.

 "Atrium sepertinya berlubang. Tusukan terlalu dekat dengan jantung. Darah begitu banyak yang keluar...!" ujar dokter Ellen pelan. Sebagai dokter berpengalaman ia tidak yakin bisa berbuat banyak untuk menyelamatkan pasien. Monitor di dinding menunjukkan tekanan pompa menurun secara mencemaskan. "Naikkan tekanan!" perintahnya.

Hasilnya tidak juga menggembirakan. Wajah-wajah dokter dan jururawat di sekitar korban tampak tegang. Tuhan buat keajaiban, bisiknya. "Beri Epinefria dan Lidokain. Pertahankan tekanan.." suara dokter Ellen lagi.

Bunyi denyut jantung pada monitor tampak tidak teratur. Garis-garis pada layar bergerak kacau. Kadang naik, kadang turun. Sepertinya semua jadi tak terkendali. "Ambil defibrilator !" dokter Ellen segera membentak.

Seorang jururawat bergerak ke dinding. Meraih alat pemacu jantung itu dan menyambungkan dua pelana steril. Seterusnya ia memutar sebuah tombol untuk menaikkan arus listrik. Dokter Ellen meraihnya. Menghitung cepat:  satu, dua, tiga dan terus menempelkan kedua pelana tepat di atas dada korban. Tubuh itu melonjak, tapi jatuh kembali tanpa menunjukkan hasil berarti di monitor.

Ia mengulanginya.  Satu kali lagi. Dan lagi!  Sia-sia. Jantung korban tidak bereaksi. Tidak berdenyut. Berhenti.

Baca juga: Doa Makan

Mati...!

Dokter Ellen masih diam di tempatnya.  Baginya hari ini amat melelahkan. la merasa terpukul jika pasien yang ditanganinya meninggal. Ini akan mengganggu pikirannya sepanjang hari ini. Sangat terganggu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun