Dengan lunglai ia keluar.
XXX
Ndra menoleh ketika terdengar jeritan histeris di ujung lorong rumah sakit. Dari jauh ia bisa melihat seorang perempuan muda tampak terkulai lemas di antara beberapa orang yang berpakaian putih. Kelihatannya para dokter itu barusan memberitahukan sesuatu yang sulit ia terima. Kasihan, pikir Ndra. la pasti kehilangan seseorang yang amat ia cintai.
Orang-orang mulai berdatangan mengerumuni perempuan yang kini jatuh terkulai di lantai. Ndra mengeluh, orang-orang itu menghalangi matanya untuk mengenal perempuan itu. Rasa-rasanya saya kenal perempuan itu, serunya dalam hati.
Ketika perempuan itu dibopong masuk ke salah satu ruangan, Ndra mengangkat bahu, berbalik ke arah berlawanan. Ia mau pulang.
Lorong-lorong rumah sakit nampak sunyi. Bau obat seperti aroma kematian. Ndra tidak suka lama-lama di sini. Bahkan ia selalu menolak diopname jika sakit. Sebaiknya dirawat di rumah saja, lebih manusiawi, katanya selalu. Rumah sakit itu mirip pengadilan- menurut pikirannya. Tanpa diduga bisa saja ada vonis kematian tanpa bisa berbuat apa-apa. Kematian itu menakutkan.Â
Tubuh yang kaku tidak lebih dari bangkai binatang di tepi jalan. Tak berguna. Tak bisa menyusuri jalan-jalan sepi kota, tak bisa berlibur ke pantai Moale dan tak bisa bermimpi memiliki kebun kopi yang luas di Lolowau.
Ndra tertawa. Ia menertawai pikirannya sendiri.
"Hei Ndra.,." teriak seorang dari arah parkir rumah sakit. Josep - teman kerjanya -dan istrinya tampak berjalan mendekat. Â Bibir Ndra melebar. Apalagi saat matanya beradu dengan istri Josep. Perempuan itu mengerling nakal ketika mereka sudah dihadapan Ndra. Tentunya tanpa sepengetahuan Josep. "Kenapa ada di sini?"
"Menjenguk kawan," ujar Ndra sambil menyalami keduanya. Tanpa ia sangka, tangan istri Josep menggelitik nakal di telapak tangannya. Â Perempuan itu begitu berani. Ndra cuma tersenyum. Ia ingat, bagaimana liarnya perempuan itu di atas ranjang.
 la seperti kerbau hutan berahi tiap bersama Ndra. Mereka sering mem-booking penginapan di luar kota tanpa sepengetahuan Josep. Bahkan ketika Josep berdinas di luar kota, dipastikan Ndra bermalam di rumahnya. Dan tentu saja  Josep tidak pernah menyadarinya. Baginya Ndra adalah teman kerja yang hangat dan sering membantu keluarganya. Josep tidak pernah tahu perselingkuhan istrinya.