Hurlock (dalam Tirtayani, 2014), dalam mengungkapkan berbagai kondisi yang mepengaruhi perkembangan sosial-emosional anak, menyebutkan ada tiga kondisi utama yang sangat berpengaruh, di antaranya:Â
1. Kondisi fisik
Apabila kondisi keseimbangan tubuh terganggu karena kelelahan, kesehatan yang buruk atau perubahan yang berasal dari perkembangan maka mereka akan mengalami emosi yang meninggi. Kondisi-kondisi fisik yang mengganggu adalah sebagai berikut:
- Kesehatan yang buruk, disebabkan oleh gizi yang buruk, gangguan pencernaan atau penyakit.
- Kondisi yang merangsang seperti kaligata atau eksim, penyakit kulit, termasuk rasa gatal, apalagi jika terdapat pada bagian-bagian yang terbuka akan menyebabkan si penderita menutup diri dan mungkin menjadi minder.
- Setiap gangguan kronis, seperti asma atau penyakit kencing manis. Penyakit kronis kadang membuat individu putus asa sehingga ingin mengakhiri hidupnya.
- Perubahan kelenjar, terutama pada masa puber. Gangguan kelenjer mungkin juga disebabkan oleh stress emosi yang kronis, misalnya pada kecemasan yang mengembang (free floating anxiety).
2. Kondisi Psikologis
Kondisi psikologis dapat mempengaruhi emosi, antara lain tingkat inteligasi, tingkat aspirasi dan kecemasan.
- Perlengkapan intelektual yang buruk. Anak yang tingkat intelektualnya rendah, rata-rata mempunyai pengendalian emosi yang kurang dibandingkan dengan anak yang pandai pada tingkat umur yang sama.
- Kegagalan mencapai tingkat aspirasi. Kegagalan yang berulang-ulang dapat mengakibatkan timbulnya keadaan cemas, sedikit atau banyak.
- Kecemasan setelah pengalaman emosi tertentu yang sangat kuat. Sebagai contoh akibat lanjutan dari pengalaman yang menakutkan akan mengakibatkan anak takut kepada setiap situasi yang dirasakan mengancam.
3. Kondisi Lingkungan
Ketegangan yang terus menerus, jadwal yang ketat, dan terlalu banyaknya pengalaman menggelisahkan yang merangsang anak secara berlebihan akan berpengaruh pada emosi anak. Ketegangan yang disebabkan oleh pertengkaran dan perselisihan yang terus menerus. Ketegangan yang berlebihan secara disiplin yang otoriter. Sikap orangtua yang selalu mencemaskan atau terlalu melindungi. Susasana otoriter disekolah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI