Mohon tunggu...
Agatha Mey
Agatha Mey Mohon Tunggu... Freelancer - agathamemey@gmail.com / agathamey.com - Menulis sesuka hati

Ibu satu anak, yang suka mempelajari berbagai hal tanpa harus menjadi ahli karena hidup sejatinya adalah sesederhana untuk menjadi bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kamoro Art Exhibition yang Memesona

6 November 2021   07:46 Diperbarui: 8 November 2021   18:43 6004
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam diskusi "Kearifan Lokal dalam Karya Seni" sebagai rangkaian acara pameran Kamoro Art, hadir: Luluk Intarti, perwakilan dari Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe dan dua desainer kenamaan yang lekat dengan unsur etnik pada karya-karya mereka, Ghea Panggabean dan Asha Smara Darra (Oscar Lawalata).

Diskusi Kearifan Lokal | Dokumentasi Pribadi
Diskusi Kearifan Lokal | Dokumentasi Pribadi

Pandangan dari Yayasan MWK

Luluk Intarti adalah founder Yayasan MWK yang berdiri tahun 2014 untuk bekerjasama dengan masyarakat Kamoro di sekitar area operasi PTFI.

Luluk Intarti menyebutkan bahwa pendampingan bagi suku Kamoro ini sudah lama dilakukan untuk melestarikan adat sekaligus membantu sisi perekonomiannya. Yang biasanya karya seni dibuat untuk keperluan acara adat dan ritual, diberdayakan untuk dibuat sebagai benda seni.

Sudah banyak motif ukiran yang sulit ditemukan dan kemudian digali kembali agar tetap ada dan tidak punah. Pendampingan sangat diperlukan karena suku ini belum dapat mandiri secara ekonomi dengan mengandalkan kemampuan seni tersebut.

Kayu yang biasa digunakan adalah kayu Ulin dan diukir dengan peralatan sederhana seperti pahat dan pisau. Motifnya memiliki makna dan cerita dibaliknya yang berbeda-beda.

Kelangkaan kayu besar juga merupakan salah satu kendala dalam pembuatan karya ukir yang besar. Selain itu, para pengukir yang memiliki garis keturunan Maramowe tidak semuanya melakukan kegiatan ini karena memilih pekerjaan lain.

Ada anggapan bahwa pengukir tidak memberikan penghasilan yang pasti sehingga anak-anak muda memilih pekerjaan lain.

Waktu untuk membuat ukiran memang bergantung ukuran dan tingkat kesulitan, tetapi waktu sampai barang ini terjual menjadikan anak muda memilih pekerjaan dengan penghasilan yang menurut mereka lebih masuk akal.

Pandangan Ghea Panggabean

Ghea Panggabean adalah seorang perancang busana dan pemilik lini busana Ghea Fashion Studio yang memulai karirnya sejak 40 tahun lalu.

Ghea konsisten dalam penggunaan motif kain tradisional dalam karyanya. Menurutnya, menjual barang seni memang perlu pengetahuan tentang selera pasar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun