Mohon tunggu...
Agatha Mey
Agatha Mey Mohon Tunggu... Freelancer - agathamemey@gmail.com / agathamey.com - Menulis sesuka hati

Ibu satu anak, yang suka mempelajari berbagai hal tanpa harus menjadi ahli karena hidup sejatinya adalah sesederhana untuk menjadi bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kamoro Art Exhibition yang Memesona

6 November 2021   07:46 Diperbarui: 8 November 2021   18:43 6004
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk dijual di luar negeri, kadang masalah warna juga berpengaruh sehingga perlu ada penyesuaian pada karya seni tersebut. Bahkan, setiap negara memiliki selera warna yang berbeda-beda sehingga perlu survey terlebih dahulu supaya barang yang dijual bisa habis diborong.

Ghea lebih memilih untuk kreatif dalam berkarya, dalam arti ambil saja motifnya dan diterapkan dalam banyak barang yang dapat dijual. Jadi jangan terbatas pada bentuk asli barang tersebut.

Contoh: motif Kamoro ini diterapkan dalam busana, pelengkap fashion (tas/sepatu, dll), peralatan makan dan bentuk lain di samping dijual dalam bentuk patung atau benda dekorasi rumah.

Pandangan Asha Smara Darra

Asha Smara Darra adalah perancang busana dan pemilik lini busana Oscar Lawalata Culture dan Sha House. Asha selama ini fokus dengan penggunaan tekstil tradisional Indonesia dan membuat beberapa rancangan untuk para penampil di upacara pembukaan PON XX Papua lalu.

Asha melihat bahwa keberlangsungan karya seni ini harus menitikberatkan pada perubahan perilaku para pelakunya. Para seniman harus merasa bangga akan pekerjaan seninya dan menjadikannya profesi yang menjanjikan.

Yang Asha lakukan adalah pembinaan pada pengrajin dalam program 3-12 bulan untuk melihat kemampuannya dan mengukur kapasitas produksi.

Produk harus memiliki "behind the scene" sehingga tidak hanya bagus tetapi juga bernilai. Karena urusan kearifan lokal sangat berbeda dengan mass production tentunya.

Diperlukan cerita proses pembuatan dan pengrajinnya sehingga pembeli merasakan buying experience yang berbeda di setiap karya yang dibelinya.

Karya yang dibuat tidak boleh lari dari pakemnya, berangkat dari originalitasnya tetapi dikemas dan disesuaikan dengan selera modern.

Di Atas segalanya, budaya harus menjadi nilai penghidupan dan pengrajin harus dapat menghidupi diri dan keluarganya secara layak.

*******************************

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun