"Ibu sama kayak Papa. Sama kayak Mama. Sama seperti semua orang yang lain!"
"Maksudnya?" tanyaku perlahan.
Danu menatapku sekilas lalu menunduk lagi. Rasanya ingin menggaruk rambutku yang tidak gatal ini. Aku merasa sudah salah bicara.
"Apa yang sama, Nu?"
"Nganggep saya males belajar!"
Rasanya seperti ada yang memukul telak perasaanku. Duh, aku sudah salah langkah. Aku berdeham sejenak kemudian kembali menatap wajahnya.
"Maaf kalau perkataan Ibu tadi salah, Nu. Ibu nggak bermaksud begitu. Coba, sekarang Danu ceritakan apa sebenarnya yang Danu rasain."
Danu menggeleng. "Nggak apa-apa, Bu. Enggak bakalan ada yang ngerti."
"Nggak bakalan ada yang ngerti kalau kamu nggak ngomong, Nu."
Danu menggeleng lagi. "Saya boleh masuk kelas, Bu?" tanyanya lirih.
Aku menghela napas panjang lalu mengangguk. Percuma bila pembicaraan ini diteruskan. Danu belum bisa membagi apa yang dirasakannya denganku.