"Kenapa, Nu?"
"Kenapa nggak langsung aja, sih, Bu. Kasih tau aja berapa uang yang harus saya bawa."
"Ibu mau ketemu orang tua kamu dulu. Tolong sampaikan ke mereka. Ibu tunggu besok pagi. Ini surat panggilan resminya," ucapku sambil menyerahkan selembar surat panggilan.
Danu menarik napas panjang sebelum menerima selembar surat itu. Wajahnya terlihat begitu keruh. Mungkin, dia takut dimarahi orang tuanya karena baru tiga hari yang lalu, aku meminta mereka untuk datang. Sayang, yang datang hanya kakaknya.
"Tolong sampaikan ke orang tuamu, ya, Nu. Jangan diwakilkan! Ibu mau bicara langsung dengan bapak atau ibu kamu."
Danu menatapku sekilas lalu dia menunduk lagi. Sepertinya ada sesuatu yang dia pikirkan yang membuatku tiba-tiba merasa kasihan.
"Ada yang mau kamu omongin, Nu?"
Dia menggeleng.
"Kamu takut dimarahi karena harus menyerahkan surat ini lagi?"
"Nggak, Bu. Saya udah biasa dimarahi."
"Terus, kenapa?"