"Semoga saya bisa menggali permasalahannya, Bu Ratna. Supaya Danu bisa berubah."
Aku menghela napas panjang. Obrolan dengan Bu Ratna tadi siang membuatku harus berpikir panjang. Tak mudah untuk menghadapi Danu. Dia sering berulah, tapi mulutnya sering terkunci rapat bila ditanya.
Suara ketukan di pintu membuatku secara spontan menatap ke arah jam dinding. Itu pasti Danu. Tak menunggu lama, wajah yang sudah tak asing itu menampakkan diri.
"Masuk, Nu. Duduk di sini!"
Danu mengangguk lalu menyeret langkahnya. Ditariknya kursi lalu dia duduk di hadapanku.
"Kamu tahu, kan, kenapa dipanggil kembali ke ruangan ini, Nu?"
"Tau, Bu. Saya tadi mecahin kaca," jawabnya lirih.
"Kamu tahu apa konsekuensinya?"
"Mengganti kaca, Bu."
"Iya, tapi sebelumnya ibu mau bicara dulu dengan orang tuamu, Nu. Ada banyak hal yang ingin ibu bicarakan."
Danu menunduk. Wajahnya terlihat kesal. Dia lalu mengembuskan napas dengan kasar.