Bukan Salahmu, Sayang (Bagian Pertama)
Praaank!
Suara kaca pecah itu membuatku segera menoleh. Kaca di ruang kelas 8 A itu berlubang! Suara gaduh siswa pun terdengar hingga di tempatku berdiri, membuatku dan dua orang guru lainnya berjalan cepat menghampiri. Jam istirahat memang belum selesai, tapi itu bukan suatu alasan untuk bermain dengan seenaknya sampai memecahkan kaca kelas.
"Siapa yang melemparkan bola ini?" tanya Pak Agus sambil mengambil bola dan mengangkatnya tinggi-tinggi.
Suara ramai itu tiba-tiba berubah menjadi sepi. Semua siswa yang berada di dalam dan di sekitar kelas terdiam. Aku menatap dua orang anak perempuan yang sedang menyapu serpihan kaca, mereka menyapu sambil menundukkan wajah.
"Arin, kamu tahu siapa yang tadi melempar bola?" tanyaku sambil berjalan mendekatinya.
"Nggak tahu, Bu," jawabnya lirih.
"Ada yang kena pecahan kaca?"
Semua menggelengkan kepala. Aku mengangguk lalu beranjak meninggalkan kelas. Langkahku terhenti ketika mataku melihat anak laki-laki berambut ikal yang sedang berjalan gontai. Dia berhenti melangkah dan menatap Pak Agus sambil mengangkat tangan kanannya.
"Saya yang melempar bola, Pak Agus. Nggak sengaja."
Dia dan dia lagi. Sejak Danu masuk di sekolah ini setahun yang lalu, entah sudah berapa kali dia berurusan denganku. Baru tiga hari yang lalu, dia dibawa ke ruang BP karena adu jotos dengan teman sekelasnya. Ketika ditanya apa alasannya bertengkar, Danu tak mau menjawab.