Mohon tunggu...
Memet Kasino
Memet Kasino Mohon Tunggu... Freelancer - seniman freelance

Suka bertualang ke rimba dan kadang-kadang menulis memotret momen.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Indramayu dan Segala Masalah Pembangunan Asimetris

5 Juni 2024   01:17 Diperbarui: 5 Juni 2024   01:17 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ketika mega proyek itu selesai dan mulai berkembang diperkirakan di Indramayu akan ada alih fungsi lahan dari ladang sawah dan perkebunan ke pabrik-pabrik kecil sampai besar.

Bukan hanya Indramayu, dampak itu meliputi daerah sekitaran mega proyek.

Mega proyek di sini ialah Bandara Kertajati bertempat di Majalengka, Pelabuhan Patimban di Subang serta Cirebon yang menjadi pusat pasar atau senter kantor (kawasan rebana).

Kerangka ini menunjukan visi Indonesia menjadi negara inovasi dan teknologi (Indonesia Emas 2045).

Indramayu akan mengalami perubahan secara perlahan kemungkinan di tahun 2045, Indramayu berubah pesat dengan gaya zamannya. Apakah hal ini mengalami asimetris?

Mega proyek itu sudah diwacanakan oleh pemerintah kabupaten dan pemerintah provinsi, bahkan sudah memasuki tahap perencanaan.

Seperti yang dikatakan oleh Supendi saat bertemu dengan pengusaha Arab Saudi.

Ia melakukan promosi atas kawasan Indramayu untuk menanamkan investasi, dilihat dari potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia.

Menurut Supendi investasi akan berdampak pada penguatan ekonomi masyarakat yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indramayu.

Selain itu, pemerintah kabupaten telah menyiapkan 'Kawasan Industri' yang berada di 10 kecamatan.

Di antaranya adalah Kecematan Patrol 1.385 Ha, Kecematan Sukra 2.814 Ha, Kecematan Losarang 4.523 Ha, Kecematan Kandanghaur 2.025 Ha.

Kemudian Kecematan Juntinyuat 643 Ha, Kecematan Kerangkeng 3.507 Ha, Kecematan Balongan 1.438 Ha, Kecematan Gantar 1.574 Ha, Kecematan Terisi 1.379 Ha, dan Kecematan Tukdana 664,1 Ha.

Adapun pemerintah provinsi, telah memproyeksikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) terbesar di Jawa Barat yang berada di Cirebon dan sekitarnya.

Meliputi Cirebon, Kertajati, dan Patimban, yang nantinya perusahaan industri di daerah aliran sungai (DAS) Citarum akan dialihkan ke kawasan rebana.

Hal itu akan mengundang pelbagai macam perusahaan untuk melakukan investasi serta mendirikan bangunan-bangunan pabrik baru.

Misalnya perusahaan Hyundai tertarik pada kawasan baru itu untuk mendirikan perusahaannya, yang disampaikan oleh Umar Hadi kepada Ridwan Kamil di Gedung Pakuan, Kota Bandung pada 28 Juni 2019.

Meninjau kembali pada 5 April 2019, Presiden Joko Widodo akan tetap mempertahankan Indramayu sebagai lumbung pangan Indonesia dengan menyediakan sarana pertanian.

Karena menurut Data Badan Pusat Statistik Daerah Jawa Barat, produksi padi Indramayu dari tahun 2010 hingga 2015 berkisar antara 1,2 hingga 1,4 juta per-tahun.

Hal ini tidak berbanding lurus dengan perencanaan pemerintah kabupaten yang telah menyiapkan Indramayu sebagai kawasan industri serta pemerintah provinsi yang sudah merencanakan kawasan rebana.

Jika kita telaah lebih lanjut, pertanian yang berdampingan dengan kawasan industri akan berdampak signifikan.

Seperti halnya di Kabupaten Bekasi, akibat dari pembangunan kawasan industri selama kurun waktu 10 tahun terakhir terjadinya alih fungsi lahan sawah 9.385 Ha dan lahan industri meningkat sebanyak 11.542 Ha.

Kemudian, terjadi pergeseran sektor usaha atau mata pencaharian penduduk dari sektor pertanian ke sektor industri, perdagangan dan jasa.

Dipandang dari segi positif, pembukaan kawasan industri akan membuka lapangan pekerjaan baru di wilayah sekitar industri.

Namun, peluang itu tidak menjamin masyarakat sekitar industri secara keseluruhan aktif bekerja dikarenakan sumber daya manusia tidak memumpuni.

Selanjutnya, alih fungsi lahan akan menimbulkan masalah baru di masyarakat, sebab kawasan industri merupakan awal dari konflik antara pemilik usaha dengan pemilik lahan (premanisme dalam pembebasan lahan dan lain-lain).

Itulah awal dari konlfik lingkungan antara pemilik usaha dengan masyarakat (pencemaran udara, pembuangan limbah sembarangan, dan sebagainya).

Selain itu, hal itu jadi awal dari konflik antara pemilik usaha, pemilik kepentingan, serta masyarakat (korupsi dana alokasi, pengutan liar dan lain-lain).

Oleh karena itu, membangun sumber daya manusia yang unggul dan memumpuni dalam segi ekonomi kreatif ialah solusi untuk menjadikan desa yang kuat, hal itu  menjadi corak tersendiri serta menghasilkan energi bermutu baik.

Coba kita lihat 'Sedulur Sikep' yang merupakan pengikut dari Samin Surosentiko, ajaran itu berupa pengetahuan kearifan lokal dan interaksi manusia dengan alam.

Sedulur Sikep menjadi titik untuk memulai ekonomi kreatif dalam sektor pertanian. Mereka menerapkan sistem menjaga keseimbangan alam, dengan tidak menggunakan bahan kimia, membuat alat pertanian sendiri dengan cara memande, hasil pertanian yang secukupnya untuk makanan sehari-hari.

Tentunya, Sedurul Sikep atau masyarakat Samin masih erat dengan sifat gotong royong serta menjadi contoh pertanian yang mandiri.

Mengubah pola pikir dari kerja sebagai karyawan menjadi kerja sebagai pengusaha atau pemilik usaha adalah suatu solusi tepat untuk kedepan.

Hasil yang diciptakan ialah ekonomi kreatif, mandiri dalam hal usaha serta mampu menjadi desa yang kuat.

Kekuatan itu bisa mendorong bekerja sama dan gotong royong, semisal Desa Tegalgubug, ketika Pasar Tegalgubug ingin dijadikan pasar terpadu dengan membangun ruko tersusun yakni Pusat Grosir Tegalgubug Cirebon (PGTC) pada September 2018.

Masyarakat menolak usulan tersebut karena akan merugikan masyarakat, menurut H. Imam PGTC akan menghilangkan nilai-nilai budi luhur, nilai-nilai kebangsaan, dan keberadaan PGTC dianggap sudah menginjak martabat masyarakat Tegalgubug.

Masyarakat berfikir bahwa pemerintah tidak berfikir ke arah kerugian masyarakat, mereka menganggap pemerintah mementingkan kepentingan sekelompok orang.

Walhasil, desa kuat dalam segi ekonomi kreatif bisa mengubah rencana pemerintah yang tidak memandang kemaslahatan masyarakat, menolak pembangunan PGTC seperti Desa Tegalgubug.

Desa yang kuat dihasilkan dari masyarakat yang unggul. Tentu hal itu menjadi citra daerah, seperti Sedulur Sikep yang mampu mandiri.

Daerah yang memiliki potensi ekonomi kreatif menjadi simbol baru daerah, menjadi corak yang dimiliki Indramayu.

Menolak kawasan industri yang merugikan masyarakat sekitar dengan gaya kemandirian desa adalah solusi.

Mulailah dari kampung kita sendiri, berbenah dan mulai membangun peradaban baru, dan tolak kawasan industri yang mementingkan segelintir kelompok.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun