Kekuatan itu bisa mendorong bekerja sama dan gotong royong, semisal Desa Tegalgubug, ketika Pasar Tegalgubug ingin dijadikan pasar terpadu dengan membangun ruko tersusun yakni Pusat Grosir Tegalgubug Cirebon (PGTC) pada September 2018.
Masyarakat menolak usulan tersebut karena akan merugikan masyarakat, menurut H. Imam PGTC akan menghilangkan nilai-nilai budi luhur, nilai-nilai kebangsaan, dan keberadaan PGTC dianggap sudah menginjak martabat masyarakat Tegalgubug.
Masyarakat berfikir bahwa pemerintah tidak berfikir ke arah kerugian masyarakat, mereka menganggap pemerintah mementingkan kepentingan sekelompok orang.
Walhasil, desa kuat dalam segi ekonomi kreatif bisa mengubah rencana pemerintah yang tidak memandang kemaslahatan masyarakat, menolak pembangunan PGTC seperti Desa Tegalgubug.
Desa yang kuat dihasilkan dari masyarakat yang unggul. Tentu hal itu menjadi citra daerah, seperti Sedulur Sikep yang mampu mandiri.
Daerah yang memiliki potensi ekonomi kreatif menjadi simbol baru daerah, menjadi corak yang dimiliki Indramayu.
Menolak kawasan industri yang merugikan masyarakat sekitar dengan gaya kemandirian desa adalah solusi.
Mulailah dari kampung kita sendiri, berbenah dan mulai membangun peradaban baru, dan tolak kawasan industri yang mementingkan segelintir kelompok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H