"Ra, lo ga pake bedak ya?" tanya Elok terang-terangan.
Zahra malah mengerang, meletakkan kepalanya di meja yang sempit itu. "Diem, El. Diem! Ya Allah bisa gila gue!"
Minggu ini memang minggu dengan kepadatan yang boleh dikatakan melebihi kepadatan jalanan di Jakarta sana. Hampir-hampir tidak ada waktu luang. Elok juga bisa gila kalau begitu. Namun Tarendra selalu bisa mengantisipasinya. Untung besok sudah weekend.
"Gais, nanti makan bareng kuy. Mayan kumpul-kumpul ngilangin penat. Eaak," ucap Dodi cengengesan dari arah belakang. Temannya yang paling jago memprovokasi.
Kelas yang sejak tadi sudah cukup berisik karena belum ada tanda-tanda kedatangan dosen, semakin berisik oleh sahutan persetujuan dari hampir semua anak.
"Kamu ikut, El?" tanya Uwi padanya. Elok mau, tapi...
"Emmhh---"
"Ikut ya? Jarang-jarang nih kita sekelas. Apalagi semester depan mulai misah," bujuk Uwi.
Benar juga. Tidak terasa mereka akan memasuki masa-masa tua.
Dengan itu, Elok mengangguk. Tidak merasakan beban apa-apa saat memustuskan hal tersebut.
"WHAT?! Ga salah nih? GILA!" Dodi---lagi---kembali berteriak. Refleks seluruh mata melihat ke arahnya.