Mohon tunggu...
Yovinus
Yovinus Mohon Tunggu... Penulis - laki-laki

Hidup itu begitu indah, jadi jangan disia-siakan. Karena kehidupan adalah anugerah Tuhan yang paling sempurna bagi ciptaanNya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Di Balik Sungai yang Berubah

20 Desember 2024   16:16 Diperbarui: 20 Desember 2024   16:16 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.search.yahoo.com/search/images;_ylt=AwrjahdlNGVn_QEAzwtXNyoA;_ylu=Y29sbwNncTEEcG9zAzEEdnRpZAMEc2VjA3BpdnM-?p=tambang+emas+ilegal

Pak Karto menatap anaknya dengan sorot mata yang penuh beban. "Sampai kita punya cukup uang, Yuni. Kau tahu, hidup makin sulit. Kalau tidak kerja emas, kita mau makan apa?"

"Tapi sungainya rusak, Yah. Nelayan marah. Aparat juga sering datang. Apa tidak ada pekerjaan lain?" Yuni mendesah, suaranya lirih namun tajam.

Pak Karto menghela napas panjang. "Yuni, kau masih muda. Kau belum tahu bagaimana susahnya hidup. Kami tidak punya pilihan. Sungai ini sudah jadi tempat perjuangan kita."

Yuni ingin membantah, tapi ia tahu percuma. Ayahnya keras kepala. Ia hanya bisa memandang sungai yang terus berubah, mengingat masa kecilnya ketika air sungai masih jernih dan penuh ikan.

Sementara itu, di tengah sungai, konflik lain tengah memanas. Perahu milik Jafar, salah satu pekerja emas, berpapasan dengan perahu nelayan yang dikemudikan oleh Saman.

Saman tampak gusar ketika melihat perahu Jafar menghalangi jalannya.

"Hei, Jafar! Minggir! Ini jalurku!" teriak Saman sambil memukul-mukul permukaan air dengan dayungnya.

"Jalurmu? Jangan bercanda! Sungai ini milik semua orang!" balas Jafar dengan nada mengejek.

Saman tidak terima. Ia mendayung perahunya dengan kasar hingga hampir menabrak perahu Jafar. "Kalian pekerja emas ini cuma tahu merusak! Gara-gara kalian, aku kehilangan ikan!"

"Apa urusanmu dengan ikan? Kami di sini mencari nafkah juga, sama seperti kau!" Jafar berdiri di atas perahunya, wajahnya memerah.

Perdebatan itu menarik perhatian beberapa orang di tepi sungai. Husni, yang kebetulan berada di dekat situ, berusaha melerai. "Hei, sudah cukup! Mau berkelahi di tengah sungai? Kalian mau tenggelam?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun