Mohon tunggu...
Yovinus
Yovinus Mohon Tunggu... Penulis - laki-laki

Hidup itu begitu indah, jadi jangan disia-siakan. Karena kehidupan adalah anugerah Tuhan yang paling sempurna bagi ciptaanNya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Nadira dan Harapan yang Tertinggal

29 Oktober 2024   16:21 Diperbarui: 29 Oktober 2024   16:25 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
jabar.tribunnews.com

Nadira berdiri di depan pintu salon, melihat ke dalam cermin kecil yang ada di sakunya. Setiap kali ia melihat bayangannya, rasa rendah diri menyelinap.

Dia hanyalah pembantu di salon kecantikan ini, bukan seperti para karyawan salon yang setiap hari sibuk mempercantik diri demi menarik pelanggan kaya.

Setiap pagi, Nadira datang lebih awal untuk memasak air minum, memasak nasi untuk karyawan, dan membersihkan seluruh sudut salon.

Bau produk-produk kecantikan yang menyengat sudah menjadi bagian dari hidupnya. Namun ia tetap diam, bekerja tanpa keluhan. Karena saat ini mencari kerja itu tidak gampang.

Dia luar sana dia melihat orang yang tidak bekerja, karena mencari kerja itu sangat susah. Untunglah dirinya bisa bekerja di salon ini.

Setiap hari, ia melihat para karyawan salon merias wajah dengan rapi, memulas bibir merah mereka, dan mengenakan gaun-gaun yang menarik perhatian.

Pelanggan salon datang berbondong-bondong, banyak dari mereka pejabat pemerintah, anggota dewan, atau pengusaha yang datang bukan hanya untuk memotong rambut atau merapikan kuku, tapi untuk melarikan diri sejenak dari hidup mereka yang mewah namun penuh tekanan.

Nadira yang memandang dari jauh melihat bahwa bagi mereka, dunia seperti sebuah panggung tempat mereka memamerkan diri dan pesona.

Para karyawan salon itu ahli membuat pelanggan merasa istimewa, terutama mereka yang berduit. Hal itu semakin membuat Nadira merasa terpinggirkan.

Namun, sesuatu dalam diri Nadira perlahan berubah. Setiap kali menyaksikan perempuan-perempuan di salon itu, keinginan untuk mempercantik diri tumbuh dalam dirinya, meskipun ia tahu hal itu tak mungkin baginya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun